Sabtu, 05 Januari 2019

Impian dari Tanah Mutiara Hitam Indonesia bag. 3

KABUPATEN ASMAT, PAPUA
Kabupaten Asmat adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Propivinsi Papua. Kabupaten ini tergolong kabupaten yang masih baru pemekaran dari Kabupaten Merauke. Kabupaten Asmat berada di bagian selatan Provinsi Papua. Ibukota Kabupaten Asmat berada di kota Agats. Luas wilayah Kabupaten Asmat adalah 23.746 kilometer persegi. Secara geografis terletak antara koordinat 137°30’ BT - 139°90’BT dan 4°40’LS - 6°50’LS. Kabupaten Asmat berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Boven Digoel di sebelah timur, di sebelah barat berbatasan dengan laut Arafura dan Kabupaten Mimika, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan laut Arafura.
Kabupaten Asmat beriklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan yang tegas. Kabupaten ini memiliki curah hujan rata-rata 3.000-4.000mm/tahun. Suhu udara rata-rata pada siang hari 26°C dan pada malam hari 17°C. Curah hujan tertinggi terjadi di daerah pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di daerah selatan yaitu Distrik Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi yaitu 78-81 %, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah.
Pada umumnya, Kabupaten Asmat berada pada dataran rendah dengan kemiringan 0-8%. Pesisir pantai berawa-rawa tergenang air, dan sebagian besar daerah Asmat merupakan rawa dengan struktur tanah berair. Ketinggian air sungai pasang surut 5-7 meter, air pasang laut masuk sejauh 50-60 kilometer dan beberapa tempat terintrusi air asin. Kabupaten Asmat berada pada ketinggina 0-100 meter di atas permukaaan laut. Daerah bergelombang dan berbukit berada di bagian utara dan timur yaitu dari Distrik Sawaerma hingga Distrik Suator.
Struktur tanah yang lembek dan didominasi lumpur mempengaruhi teknis pembangunan infrastruktur maupun perumahan warga di Asmat. Pembangunan harus diselaraskan dengan kondisi alam yang ada. Hampir semua bahan baku bangunan di Asmat menggunakan kayu atau papan seperti kayu besi, kayu putih dan kayu merah. Selain perumahan dan bangunan-bangunan perkantoran, konstruksi jalan penghubung tempat satu dengan yang lainnya juga menggunakan bahan baku kayu yang terbentuk menjadi jembatan yang sangat panjang. Jembatan-jembatan ini dapat dikatakan sebagai media penghubung darat di Asmat. Bangunan-banguna di Asmat dapat berdiri dengan kuat karena didirikan dengan beralaskan umpak (kayu gelondongan yang kuat dan ditanam ke dalam tanah) yang disusun rapi. Sebagian flora di kabupaten Asmat terdiri dari sagu, rotan, gaharu, kayu besi, matoa, damar dan kemenyan.  Fauna yang terdapat di kabupaten ini adalah burung kakaktua, kasuari, burung nuri, ayam hutan, babi, ular, buaya, biawak dan lain-lain.
Kabupaten Asmat dipimpin oleh kepala daerah yaitu bupati dan wakil bupati. Bupati Asmat pada periode 2015-2020 adalah Bapak Elisa Kambuh, S.Sos yang merupakan putra daerah Asmat. Sedangkan wakil bupati Asmat yaitu Bapak Thomas Eppe Safanpo, ST. yang juga merupakan putra daerah Asmat.
Saat ini, Kabupaten Asmat terdiri dari 19 distrik, yaitu Distrik Pulau Tiga, Distrik Sawa Erma, Distrik Suru-Suru, Distrik Kolf Brasa, Distrik Joerat, Distrik Unir Siraw, Distrik Akat, Distrik Suator, Distrik Agats, Distrik Jetsy, Distrik Sirets, Distrik Betcbamu, Distrik Atsy, Distrik Fayit, Distrik Ayip, Distrik Pantai Kasuari, Distrik Safan, Distrik Der Koumur, dan Distrik Kopay.
Distrik Agats adalah ibukota Kabupaten Asmat. Oleh karena itu, di kota Agats terdapat bangunan-bangunan perkantoran dinas, rumah sakit, pasar dan lain sebagainya. Jumlah kampung di wilayah Kabupaten Asmat pada tahun 2015 adalah sebanyak 221 kampung.
Pemekaran wilayah dan berubahnya status dari Distrik Agats menjadi Kabupaten Asmat memberikan banyak dampak. Salah satunya dari aspek kependudukan. Semakin banyak pendatang dari luar wilayah Kabupaten Asmat yang bekerja sebagai pedagang, guru, bidan, pembuat perahu dan lain-lain. Pendatang yang bekerja di wilayah Kabupaten Asmat diantaranya datang dari suku Bugis, Toraja, Flores, Kei, Batak, Jawa, Sunda dan lain sebagainya. Para pendatang yang bekerja di wilayah Asmat khususnya di kampung Buetkwar, mereka cukup dirasakan memberikan perubahan dari segi sosial masyarakat, karena penduduk kampung Buetkwar dapat terbantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, sudut pandang penduduk kampung Buetkwar juga ikut berubah yaitu semakin terbuka dengan dunia luar dan mereka dapat langsung berinteraksi melakukan komunikasi dan bersosialisasi dengan kaum pendatang tanpa memandang perbedaan suku, agama, maupun profesinya. Masuknya kapal Buton ke setiap kampung membawa barang-barang elektronik seperti televisi, parabola, DVD player dan lain-lain banyak merubah penduduk Kampung Buetkwar, baik berubah ke sisi positif maupun ke sisi negatif. Perubahan yang sangat terlihat adalah dari cara berbahasa masyarakat Kampung Buetkwar, semakin banyak diantara mereka yang mengerti dan pandai berbahasa Bahasa Indonesia.
Suku Asmat merupakan salah satu suku yang hidup di tanah Papua. Suku Asmat terkenal dengan hasil ukiran kayunya yang terkenal sampai mancanegara. Suku asmat terdiri dari dua macam, yaitu suku Asmat pedalaman yang tinggal di pegunungan Jayawijaya dan suku Asmat yang tinggal di pesisir pantai. Kehidupan penduduk Kabupaten Asmat senantiasa bergantung pada hasil alam yang ada. Begitu pula dengan tempat tinggal yang berada di tepi-tepi sungai maupun pesisir pantai. Untuk daerah pedalaman khususnya, sungai berair tawar menjadi sumber air utama selain air hujan. Oleh karena itu penduduk Asmat tinggal dan membangun rumah-rumahnya di tepi-tepi sungai. Selain itu, alasan memilih tepi sungai adalah agar mereka tidak terlalu jauh berjalan ke rumah dari tepi sungai, karena mereka senantiasa bekerja dengan alat transportasi air. Beberapa distrik yang penduduknya bekerja mencari kayu gaharu, mereka menggunakan perahu untuk berpindah-pindah tempat mencari lahan yang masih banyak terkandung kayu gaharu. Di pesisir pantai, sebagian penduduk Asmat bekerja sebagai nelayan.
Suku Asmat memiliki rumah adat yang bernama Rumah Bujang atau Jew. Rumah adat ini dibangun di tepi sungai dengan panjang mencapai 25 meter. Rumah bujang ini didiami oleh para laki-laki yang belum menikah atau yang sudah tidak memiliki istri. Setiap kampung di Kabupaten Asmat memiliki satu rumah bujang yang biasa digunakan juga untuk keperluan adat, keperluan pemerintahan desa atau musyawarah-musyawarah terkait kehidupan masyarakat kampung.

PETUALANGAN DI MULAI
Rabu, 07 September 2016 pasukan laskar mutiara hitam sudah hilir mudik di sekitaran kampus UPI dari pagi hari. Semua datang diantar sanak saudara untuk melepas kepergian sore hari nanti. Berhubung aku berangkat dari kostan, jadi aku memilih berangkat sedikit lebih siang yang penting sebelum dzuhur sudah tiba di kampus UPI. Aku berangkat diantar oleh soulmate terbaikku selama kuliah, dia memaksa ingin antar keberangkatanku. Sementara orang tuaku bersama saudara-saudara yang mengantar berangkat dari rumah dan nanti bertemu langsung di kampus UPI.
Tepat pukul 10.00 WIB aku tiba di lokasi. Disana orang tuaku juga telah menunggu. Sebelum aku menghampiri sanak saudara yang datang, aku pergi mengambil perlengkapan dari kementrian dan juga menemui rekan seperjuangan untuk pengambilan jaket. Setelah semua selesai baru aku berkumpul bersama orang tua, saudara dan soulmate yang telah mengantarku. Kami mengobrol seputar jadwal keberangkatan dan persiapan yang telah dilakukan, tak lupa cross check barang bawaan. Berbagai wejangan terus terlontar dari orang-orang yang hadir mengantar. Selain itu, obrolan-obrolan ringan juga kami utarakan seakan luapa bahwa sebentar lagi kami akan dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kami juga menyempatkan untuk makan siang bersama karena orang tuaku telah mempersiapkan nasi timbel dari rumah.
Pukul 14.00 WIB, seluruh guru SM-3T penepatan Kabupaten Asmat berkumpul di Univercity Center (UC) untuk melakukan breefing terkait teknis keberangkatan dan do’a bersama yang dipimpin oleh Bapak Asep Mulyana selaku sekretaris penyelenggara LPTK UPI dan juga ada Bapak Prayoga yang menjadi dosen pembimbing kami dari pemberangkatan sampai penyerahan pada dinas pendidikan Kabupaten Asmat nanti. Sekitar satu jam breefing dilaksanakan dan setelah selesai kami langsung menuju bus yang akan mengantar sampai bandara. Disana orang tua dan saudara yang mengantarku serta sanak saudara teman-temanku sudah menunggu dengan mimik wajah yang berusaha menghadirkan senyuman dibalik kesedihan melepas anak-anaknya untuk mengabdi satu tahun lamanya. Kami semua menghampiri orang tua dan saudara masing-masing untuk kembali pamit meminta do’a restu kepada orang tua kami. Ku kira, aku sudah siap dan kuat tetapi ternyata saat ku peluk kedua orang tuaku tak kuasa air mata mengalir mengiringi perpisahan kami. Kali pertama ini perpisahanku dengan kedua orang tua di warnai air mata. Mungkin ini perpisahan yang cukup jauh jaraknya dan selama satu tahun tidak akan bisa bertemu secara langsung hanya bisa berkomunikasi lewat telepon apabila ada sinyal. Di bus tak kuasa aku memandang wajah kedua orang tuaku rasanya tak pernah berhenti air mata ini jatuh apabila ku pandang wajah mereka yang penuh rasa bangga tetapi penuh juga kekhawatiran. Ibu sempat bilang bahwa pada pelepasan nanti beliau tidak ingin menangis, cukup pada malam sebelumnya saja beliau menangis saat bermunajat kepada Allah SWT meminta perlindungan untukku. Tapi perpisahan dengan orang yang tersayang memang cukup mengharukan sehingga air mata tak mampu dibendung lagi.
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dengan penerbangan Jakarta-Timika. Disana kami menunggu jadwal penerbangan kami. Jadwal penerbangan untuk JKT-TMK adalah pukul 01.00 WIB kamis dini hari sementara kami tiba di bandara rabu pukul 19.00 WIB masih ada beberapa jam lagi sebelum berangkat. Kami sempatkan makan malam bersama, istirahat, pembagian boarding pass dan dilanjutkan untuk penimbangan barang bawaan yang akan masuk bagasi. Kami menunggu jadwal pemberangkatn sambil berbincang-bincang kesana kemari, sesekali juga kami mengabadikan moment kami selama di bandara.
Kurang lebih 6 jam kami akan mengudara. Ini adalah kali pertama aku naik pesawat terbang, rasanya gak seperti orang bilang sih, saat take off ataupun landing tidak begitu menakutkan, memang terjadi perubahan tekanan udara sehingga telinga ini sedikit sakit dan seperti orang yang tuli. Memang dasar aku itu paling senang kalau bepergian bagian didalam kendaraan karena kita bias menikmati dengan santainya pemandangan di sekitar, dan dari dalam pesawat sungguh tersuguhkan pemandangan yang luar biasa, kita bias melihat samudra di atas awan, daratan dengan perumahan yang sangat menawan. Sungguh luar biasa, maha besar Allah yang telah menciptakan alam semesta dengan begitu indahnya membuat para makhluk tak henti-hentinya bertasbih mengucap syukur. Selain itu, kita juga disuguhi makanan gratis, awalnya aku kira pramugari pesawat tersebut menjajakan makanan untuk dijual, tapi aku bersikap seolah-olah sudah tahu saja (maklum perut ini ingin diisi makanan, malu juga kan sama temen yang lain kalo harus nanya bayar atau enggak itu makanan hahaha). Makanan pertama aku hanya meminta satu gelas air mineral, nah di sesi makan berikutnya gak tanggung-tanggung aku minta dua gelas air (satu air mineral, satu lagi jus). Satu lagi kita bias nonton film bioskop gratis dan yang memang sedang tayang juga di bioskop. Hmmmm, nyamannya naik pesawat kalau kita mengesampingkan kekhawatiran akan takutnya kecelakaan (padahal aku juga begitu waktu kemarin naik pesawat, bayangannya itu loh takut pesawatnya jatuh hahahahah dasar parnoan.

30 MENIT MAKASAR
Rute pesawat yang kami tumpangi tidak langsung menuju bandara Mozes Kilangin, kami harus transit dulu di Bandara Hasanudin Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Bro… brooo. Nih aku lagi di Makasar, gak nyangka bangetkan bakal singgah disini. Nambah lagi deh daftar kota yang sudah dikunjungi. Tuh kan ikut kegiatan begini gak disangka tujuan kemana tapi bisa mampir dulu dimana. Kaki sih nggak nginjak karena kita gak dibolehin keluar pesawat, tapi setidaknya kita sudah pernah berada di kota Makasar walau yang dilihat hanya bandaranya saja hahahahaha. Agak bete juga sih 30 menit kita diem aja di pesawat, padahal ini hati pengen banget buat keliling dulu, yah akhirnya cuma mata doang yang keliling lihat sekitaran bandara dari dalam pesawat, and you know that lah yang terlihat hanya pesawat yang sedang parkir dan siap mengudara juga.

to be continued .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...