KABUPATEN ASMAT, PAPUA
Kabupaten Asmat adalah salah satu kabupaten yang
terdapat di Propivinsi Papua. Kabupaten ini tergolong kabupaten yang masih baru
pemekaran dari Kabupaten Merauke. Kabupaten Asmat berada di
bagian selatan Provinsi Papua. Ibukota Kabupaten Asmat berada di kota Agats.
Luas wilayah Kabupaten Asmat adalah 23.746 kilometer persegi. Secara geografis
terletak antara koordinat 137°30’ BT - 139°90’BT dan 4°40’LS - 6°50’LS.
Kabupaten Asmat berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Boven Digoel di sebelah
timur, di sebelah barat berbatasan dengan laut Arafura dan Kabupaten Mimika, di
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo,
dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan laut Arafura.
Kabupaten
Asmat beriklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan yang tegas. Kabupaten
ini memiliki curah hujan rata-rata 3.000-4.000mm/tahun. Suhu udara rata-rata
pada siang hari 26°C dan pada malam hari 17°C. Curah hujan tertinggi terjadi di
daerah pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di daerah selatan
yaitu Distrik Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi yaitu 78-81
%, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah.
Pada
umumnya, Kabupaten Asmat berada pada dataran rendah dengan kemiringan 0-8%.
Pesisir pantai berawa-rawa tergenang air, dan sebagian besar daerah Asmat
merupakan rawa dengan struktur tanah berair. Ketinggian air sungai pasang surut
5-7 meter, air pasang laut masuk sejauh 50-60 kilometer dan beberapa tempat
terintrusi air asin. Kabupaten Asmat berada pada ketinggina 0-100 meter di atas
permukaaan laut. Daerah bergelombang dan berbukit berada di bagian utara dan
timur yaitu dari Distrik Sawaerma hingga Distrik Suator.
Struktur
tanah yang lembek dan didominasi lumpur mempengaruhi teknis pembangunan
infrastruktur maupun perumahan warga di Asmat. Pembangunan harus diselaraskan
dengan kondisi alam yang ada. Hampir semua bahan baku bangunan di Asmat
menggunakan kayu atau papan seperti kayu besi, kayu putih dan kayu merah.
Selain perumahan dan bangunan-bangunan perkantoran, konstruksi jalan penghubung
tempat satu dengan yang lainnya juga menggunakan bahan baku kayu yang terbentuk
menjadi jembatan yang sangat panjang. Jembatan-jembatan ini dapat dikatakan
sebagai media penghubung darat di Asmat. Bangunan-banguna di Asmat dapat
berdiri dengan kuat karena didirikan dengan beralaskan umpak (kayu gelondongan
yang kuat dan ditanam ke dalam tanah) yang disusun rapi. Sebagian flora di kabupaten Asmat
terdiri dari sagu, rotan, gaharu, kayu besi, matoa, damar dan kemenyan. Fauna yang terdapat di kabupaten ini adalah
burung kakaktua, kasuari, burung nuri, ayam hutan, babi, ular, buaya, biawak
dan lain-lain.
Kabupaten Asmat dipimpin oleh kepala daerah yaitu
bupati dan wakil bupati. Bupati Asmat pada periode 2015-2020 adalah Bapak Elisa
Kambuh, S.Sos yang merupakan putra daerah Asmat. Sedangkan wakil bupati Asmat
yaitu Bapak Thomas Eppe Safanpo, ST. yang juga merupakan putra daerah Asmat.
Saat ini,
Kabupaten Asmat terdiri dari 19 distrik, yaitu Distrik Pulau Tiga, Distrik Sawa
Erma, Distrik Suru-Suru, Distrik Kolf Brasa, Distrik Joerat, Distrik Unir
Siraw, Distrik Akat, Distrik Suator, Distrik Agats, Distrik Jetsy, Distrik
Sirets, Distrik Betcbamu, Distrik Atsy, Distrik Fayit, Distrik Ayip, Distrik
Pantai Kasuari, Distrik Safan, Distrik Der Koumur, dan Distrik Kopay.
Distrik Agats
adalah ibukota Kabupaten Asmat. Oleh karena itu, di kota Agats terdapat
bangunan-bangunan perkantoran dinas, rumah sakit, pasar dan lain sebagainya.
Jumlah kampung di wilayah Kabupaten Asmat pada tahun 2015 adalah sebanyak 221
kampung.
Pemekaran wilayah dan
berubahnya status dari Distrik Agats menjadi Kabupaten Asmat memberikan banyak
dampak. Salah satunya dari aspek kependudukan. Semakin banyak pendatang dari
luar wilayah Kabupaten Asmat yang bekerja sebagai pedagang, guru, bidan,
pembuat perahu dan lain-lain. Pendatang yang bekerja di wilayah Kabupaten Asmat
diantaranya datang dari suku Bugis, Toraja, Flores, Kei, Batak, Jawa, Sunda dan
lain sebagainya. Para pendatang yang bekerja di wilayah Asmat khususnya di
kampung Buetkwar, mereka cukup dirasakan memberikan perubahan dari segi sosial
masyarakat, karena penduduk kampung Buetkwar dapat terbantu memenuhi kebutuhan
sehari-harinya. Selain itu, sudut pandang penduduk kampung Buetkwar juga ikut
berubah yaitu semakin terbuka dengan dunia luar dan mereka dapat langsung
berinteraksi melakukan komunikasi dan bersosialisasi dengan kaum pendatang
tanpa memandang perbedaan suku, agama, maupun profesinya. Masuknya kapal Buton
ke setiap kampung membawa barang-barang elektronik seperti televisi, parabola,
DVD player dan lain-lain banyak merubah penduduk Kampung Buetkwar, baik berubah
ke sisi positif maupun ke sisi negatif. Perubahan yang sangat terlihat adalah
dari cara berbahasa masyarakat Kampung Buetkwar, semakin banyak diantara mereka
yang mengerti dan pandai berbahasa Bahasa Indonesia.
Suku
Asmat merupakan salah satu suku yang hidup di tanah Papua. Suku Asmat terkenal
dengan hasil ukiran kayunya yang terkenal sampai mancanegara. Suku asmat terdiri dari dua macam, yaitu suku Asmat
pedalaman yang tinggal di pegunungan Jayawijaya dan suku Asmat yang tinggal di
pesisir pantai. Kehidupan penduduk Kabupaten Asmat senantiasa bergantung pada
hasil alam yang ada. Begitu pula dengan tempat tinggal yang berada di tepi-tepi
sungai maupun pesisir pantai. Untuk daerah pedalaman khususnya, sungai berair
tawar menjadi sumber air utama selain air hujan. Oleh karena itu penduduk Asmat
tinggal dan membangun rumah-rumahnya di tepi-tepi sungai. Selain itu, alasan
memilih tepi sungai adalah agar mereka tidak terlalu jauh berjalan ke rumah
dari tepi sungai, karena mereka senantiasa bekerja dengan alat transportasi
air. Beberapa distrik yang penduduknya bekerja mencari kayu gaharu, mereka
menggunakan perahu untuk berpindah-pindah tempat mencari lahan yang masih
banyak terkandung kayu gaharu. Di pesisir pantai, sebagian penduduk Asmat
bekerja sebagai nelayan.
Suku Asmat memiliki rumah adat yang bernama Rumah Bujang atau Jew.
Rumah adat ini dibangun di tepi sungai dengan panjang mencapai 25 meter. Rumah
bujang ini didiami oleh para laki-laki yang belum menikah atau yang sudah tidak
memiliki istri. Setiap kampung di Kabupaten Asmat memiliki satu rumah bujang
yang biasa digunakan juga untuk keperluan adat, keperluan pemerintahan desa
atau musyawarah-musyawarah terkait kehidupan masyarakat kampung.
PETUALANGAN DI MULAI
Rabu, 07 September 2016 pasukan laskar
mutiara hitam sudah hilir mudik di sekitaran kampus UPI dari pagi hari. Semua
datang diantar sanak saudara untuk melepas kepergian sore hari nanti. Berhubung
aku berangkat dari kostan, jadi aku memilih berangkat sedikit lebih siang yang
penting sebelum dzuhur sudah tiba di kampus UPI. Aku berangkat diantar oleh
soulmate terbaikku selama kuliah, dia memaksa ingin antar keberangkatanku.
Sementara orang tuaku bersama saudara-saudara yang mengantar
berangkat dari rumah dan nanti bertemu langsung di kampus UPI.
Tepat pukul 10.00 WIB aku tiba di lokasi.
Disana orang tuaku juga telah menunggu. Sebelum aku menghampiri sanak saudara
yang datang, aku pergi mengambil perlengkapan dari kementrian dan juga menemui
rekan seperjuangan untuk pengambilan jaket. Setelah semua selesai baru aku
berkumpul bersama orang tua, saudara dan soulmate yang telah mengantarku. Kami
mengobrol seputar jadwal keberangkatan dan persiapan yang telah dilakukan, tak
lupa cross check barang bawaan. Berbagai wejangan terus terlontar dari
orang-orang yang hadir mengantar. Selain itu, obrolan-obrolan ringan juga kami
utarakan seakan luapa bahwa sebentar lagi kami akan dipisahkan oleh jarak dan
waktu. Kami juga menyempatkan untuk makan siang bersama karena orang tuaku
telah mempersiapkan nasi timbel dari rumah.
Pukul 14.00 WIB, seluruh guru SM-3T
penepatan Kabupaten Asmat berkumpul di Univercity Center (UC) untuk melakukan
breefing terkait teknis keberangkatan dan do’a bersama yang dipimpin oleh Bapak Asep Mulyana selaku
sekretaris penyelenggara LPTK UPI dan juga ada Bapak Prayoga yang menjadi dosen
pembimbing kami dari pemberangkatan sampai penyerahan pada dinas pendidikan
Kabupaten Asmat nanti. Sekitar satu jam breefing dilaksanakan dan setelah
selesai kami langsung menuju bus yang akan mengantar sampai bandara. Disana
orang tua dan saudara yang mengantarku serta sanak saudara teman-temanku sudah
menunggu dengan mimik wajah yang berusaha menghadirkan senyuman dibalik
kesedihan melepas anak-anaknya untuk mengabdi satu tahun lamanya. Kami semua
menghampiri orang tua dan saudara masing-masing untuk kembali pamit meminta
do’a restu kepada orang tua kami. Ku kira, aku sudah siap dan kuat tetapi
ternyata saat ku peluk kedua orang tuaku tak kuasa air mata mengalir mengiringi
perpisahan kami. Kali pertama ini perpisahanku dengan kedua orang tua di warnai
air mata. Mungkin ini perpisahan yang cukup jauh jaraknya dan selama satu tahun
tidak akan bisa bertemu secara langsung hanya bisa berkomunikasi lewat telepon
apabila ada sinyal. Di bus tak kuasa aku
memandang wajah kedua orang tuaku rasanya tak pernah berhenti air mata ini
jatuh apabila ku pandang wajah mereka yang penuh rasa bangga tetapi penuh juga
kekhawatiran. Ibu sempat bilang bahwa pada pelepasan nanti beliau tidak ingin
menangis, cukup pada malam sebelumnya saja beliau menangis saat bermunajat
kepada Allah SWT meminta perlindungan untukku. Tapi perpisahan dengan orang
yang tersayang memang cukup mengharukan sehingga air mata tak mampu dibendung
lagi.
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dengan
penerbangan Jakarta-Timika. Disana kami menunggu jadwal penerbangan kami. Jadwal
penerbangan untuk JKT-TMK adalah pukul 01.00 WIB kamis dini hari sementara kami
tiba di bandara rabu pukul 19.00 WIB masih ada beberapa jam lagi sebelum
berangkat. Kami sempatkan makan malam bersama, istirahat, pembagian boarding
pass dan dilanjutkan untuk penimbangan barang bawaan yang akan masuk bagasi.
Kami menunggu jadwal pemberangkatn sambil berbincang-bincang kesana kemari,
sesekali juga kami mengabadikan moment kami selama di bandara.
Kurang lebih 6 jam kami akan mengudara. Ini
adalah kali pertama aku naik pesawat terbang, rasanya gak seperti orang bilang
sih, saat take off ataupun landing tidak begitu menakutkan, memang terjadi
perubahan tekanan udara sehingga telinga ini sedikit sakit dan seperti orang
yang tuli. Memang dasar aku itu paling senang kalau bepergian bagian didalam
kendaraan karena kita bias menikmati dengan santainya pemandangan di sekitar,
dan dari dalam pesawat sungguh tersuguhkan pemandangan yang luar biasa, kita
bias melihat samudra di atas awan, daratan dengan perumahan yang sangat
menawan. Sungguh luar biasa, maha besar Allah yang telah menciptakan alam
semesta dengan begitu indahnya membuat para makhluk tak henti-hentinya bertasbih
mengucap syukur. Selain itu, kita juga disuguhi makanan gratis, awalnya aku
kira pramugari pesawat tersebut menjajakan makanan untuk dijual, tapi aku
bersikap seolah-olah sudah tahu saja (maklum perut ini ingin diisi makanan,
malu juga kan sama temen yang lain kalo harus nanya bayar atau enggak itu
makanan hahaha). Makanan pertama aku hanya meminta satu gelas air mineral, nah
di sesi makan berikutnya gak tanggung-tanggung aku minta dua gelas air (satu
air mineral, satu lagi jus). Satu lagi kita bias nonton film bioskop gratis dan
yang memang sedang tayang juga di bioskop. Hmmmm, nyamannya naik pesawat kalau
kita mengesampingkan kekhawatiran akan takutnya kecelakaan (padahal aku juga
begitu waktu kemarin naik pesawat, bayangannya itu loh takut pesawatnya jatuh
hahahahah dasar parnoan.
30 MENIT MAKASAR
Rute
pesawat yang kami tumpangi tidak langsung menuju bandara Mozes Kilangin, kami
harus transit dulu di Bandara Hasanudin Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Bro…
brooo. Nih aku lagi di Makasar, gak nyangka bangetkan bakal singgah disini.
Nambah lagi deh daftar kota yang sudah dikunjungi. Tuh kan ikut kegiatan begini
gak disangka tujuan kemana tapi bisa mampir dulu dimana. Kaki sih nggak nginjak
karena kita gak dibolehin keluar pesawat, tapi setidaknya kita sudah pernah
berada di kota Makasar walau yang dilihat hanya bandaranya saja hahahahaha.
Agak bete juga sih 30 menit kita diem aja di pesawat, padahal ini hati pengen
banget buat keliling dulu, yah akhirnya cuma mata doang yang keliling lihat sekitaran
bandara dari dalam pesawat, and you know
that lah yang terlihat hanya pesawat yang sedang parkir dan siap mengudara
juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar