Rabu, 09 Januari 2019

Artikel Pendidikan (Hasil Penelitian)


Assalamualaikum wr. wb
halo rekan-rekan yang yang penuh dengan gairah dan ambisi dalam mencapai kesuksesan di bidangnya. semoga tetap semangat dalam membangun bangsa.....
kali ini saya ingin berbagi artikel hasil penelitian saya mengenai suatu model pembelajaran yang saya terapkan di salah satu sekolah SMA.

semoga bermanfaat 

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA SISWA SMA
 Asep Saepul
Prodi Pendidikan Matematika
 
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami dan memaknai pelajaran Matematika masih begitu pekat dirasakan dalam proses pembelajaran. Matematika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang di sukai, diminati bahkan membosankan bagi mayoritas pelajar khususnya SMA. Hasil observasi yang dilakukan di beberapa sekolah kota Bandung dan Garut, berbagai alasan dikemukakan oleh setiap siswa seperti kurangnya motivasi dari guru pengajar dalam memberikan rangsangan kepada siswa, cara mengajar guru yang kurang menyenangkan bagi siswa, tidak diberikannya kebebasan siswa dalam memahami materi, guru hanya memberikan materi secara prosedural dan sistematis, tidak adanya kejelasan bagi siswa mengenai hubungan Matematika dengan kehidupan sehari-hari, siswa yang masih menghafal rumus Matematika, serta banyaknya rumus-rumus yang harus mereka pahami dalam pelajaran Matematika.
Akibat yang dihasilkan adalah tidak adanya semangat siswa dalam memahami materi apalagi saat mata pelajaran Matematika di tempatkan di jam terakhir, tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran kurang maksimal, penguasaan materi kurang dan akhirnya nilai siswa tidak begitu memuaskan bagi siswa dan guru, serta yang tak kalah penting adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang dapat mereka terapkan juga dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa terangsang dengan baik. Mayoritas siswa mengemukakan pendapat bahwa mereka sering terkecoh dalam penerjemahan soal ke dalam bentuk Matematika apabila dihadapkan dengan bentuk soal cerita yang tidak rutin, sulitnya untuk memahami persoalan yang ditanyakan dan juga rumus yang tepat digunakan sebagai penyelesaian. Siswa kebingungan apa yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu agar soal tersebut bisa terselesaikan dengan baik. Secara keseluruhan dari hasil observasi yang diperoleh, indikator-indikator yang termasuk pada pemecahan masalah tidak berkembang dengan baik di setiap diri siswa. Padahal kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting bagi setiap individu yang mana tidak jarang menemukan berbagai persoalan dalam kehidupannya. Kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang dalam memahami, menganalisis, menyelidiki serta membuat solusi agar permasalahan yang dihadapi bisa segera terselesaikan.
Dengan demikian diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis penting dimiliki oleh peserta didik. Namun, pada faktanya kemampuan tersebut masih rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa SMA yakni salah satunya dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) agar peserta didik lebih tertarik belajar Matematika dan membantu dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Model PBL merupakan salah satu model yang dewasa ini tengah digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Model ini bercirikan adanya suatu permasalahan yang nyata sebagai konteks untuk para peserta didik yang nantinya dapat diterapkan sebagai ilmu baru serta mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam suatu kelompok. Seperti yang di ungkapkan Barrows sebagai pakar PBL dalam gaya hidup alami  bahwa “PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”. (http://gayahidupalami.wordpress.com/pendidikan/ problem-based-learning/).  Lebih lanjut Torp dan Sage (dalam Abidin, 2014: 160) memandang “PBL merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar beroleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks”. Model ini memiliki karakteristik Permasalahan menjadi starting point dalam belajar, Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur, permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective), Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar, Belajar pengarahn diri menjadi hal utama, Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beraam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL, Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif, Mengembangkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari dari sebuah permasalahan, Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dalam belajar. (Rusman, 2013: 232). Apabila melihat karakteristik dari model ini, memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dimana siswa dapat belajar dalam memahami masalah yang ditemukan, menyusun rencana kerja yang sistematis, efektif dan efisien, melaksanakan rencana yang telah dibuat untuk menemukan solusi, dan mampu mengevaluasi serta me-review solusi yang terbaik.
Penelitian dilakukan terhadap 2 kelas sebagai kelas control dan kelas eksperimen dengan mengumpulkan data awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari materi prasyarat serta memberikan postes terhadap kedua sampel tersebut. Dari hasil perhitungan uji hipotesis 1 menggunakan uji beda rata-rata diperoleh nilai sig (­2-tailed) adalah 0,001 < 0,05 sehingga H­0­ ditolak, artinya µ1 ≠ µ2 atau terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok siswa kemampuan tinggi di kelas eksperimen yang menggunakan model PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Uji hipotesis 2 diperoleh nilai sig (­2-tailed) adalah 0,000 < 0,05 sehingga H­0­ ditolak, artinya µ1 ≠ µ2 atau terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok siswa kemampuan sedang di kelas eksperimen yang menggunakan model PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. uji hipotesis 3 diperoleh nilai sig (­2-tailed) adalah 0,142 > 0,05 sehingga H­0­ diterima, artinya µ1 = µ2 atau tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok siswa kemampuan rendah di kelas eksperimen yang menggunakan model PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. sementara uji hipotesis 4 diperoleh 0,000 < 0,05 sehingga H­0­ ditolak, artinya µ1 ≠ µ2 atau terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa secara keseluruhan di kelas eksperimen yang menggunakan model PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. dari hasil uji dipotesis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelompok tinggi dan sedang. Sementara pada siswa kelompok rendah tidak terdapat pengaruh implementasi model PBL terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis. Namun secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh implementasi model PBL terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa SMA.
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Kartika. (2012). Problem Based Learning, [online]. Tersedia, http://gayahidupalami.wordpress.com/ pendidikan/problem-based-learning/.
Rusman. (2013). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2013). Statistika dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...