HARI-HARI DI KAMPUNG BAWOR-ESEIB
Pagi
hari yang cerah, kicau burung yang merdu,
tetesan embun yang berkilauan, dan cahaya matahari di ufuk timur yang mulai
menunjukkan dirinya melengkapi indahnya pagi hari ini. Aku mulai mengawali
aktivitasku sebagai seorang pendidik, aktivitas yang akan aku laksanakan selama setahun
ini di pedalaman. Aku mempersiapkan
materi pelajaran yang akan diberikan kepada para anak-anak pedalaman yang
bersekolah. Kegiatan di hari pertama aku masuk kelas adalah mengobservasi
kemampuan-kemampuan para siswa dalam hal membaca, menulis dan menghitung.
Seperti yang diperkirakan, anak-anak disini hampir semua belum bisa kemampuan
dasar tersebut sehingga sulit untuk memperoleh materi pelajaran.
Keterlambatan anak menguasai kemampuan
dasar ini disebabkan beberapa alasan seperti yang diutarakan oleh pihak guru
yang ada di sekolah. Anak-anak usia sekolah sering dibwa keluar masuk hutan
oleh orang tua mereka dengan jangka waktu cukup lama. Motivasi siswa yang
memang kurang untuk belajar. Kegiatan belajar hanya ada si sekolah tanpa adanya
dukungan belajar dari orang tua di rumah. Yang paling parah adalah anak-anak
yang didaftarkan oleh orang tuanya di kelas satu mereka bawa ke lokasi untuk
mencari kayu gaharu dalam jangka waktu yang cukup lama (bisa sampai 2-3 tahun
bahkan ada yang lebih) dan di lokasi pencarian kayu gaharu tersebut mereka
tidak belajar atau sekolah. Ketika datang kembali ke kampung mereka dengan
leluasanya masuk begitu saja ke sekolah dan memilih kelas mereka sendiri. Miris
memang melihat kondisi seperti ini. Guru-guru disini bukan tidak ada tindakan,
tetapi mereka selalu berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap orang tua,
memberikan pengertian agar anaknya bisa bersekolah dengan baik tetapi tetap
saja kejadian-kejadian seperti itu terus dilakukan oleh orang tua siswa.
Bulan-bulan pertama, aku lewati dengan
proses adaptasi di lingkungan yang baru, lingkungan yang sepi, sunyi, tanpa ada
sinyal, listrik dan jauh dari orang tua. Kadang lamunan selalu menghampiri,
memikirkan kehidupan di jawa sana. Rasa rindu terhadap orang tua, saudara,
sahabat, dan juga orang-orang tersayang lainnya masih sering menghantui.
Tinggal di rumah berdua di rumah yang serba kekurangan kadang membuat bosan dan
jenuh juga. Tapi itu coba aku hadapi dengan sabar dan terus menyerahkan
segalanya kepada tuhan agar tetap diberikan keamanan, keselamatan, keteduhan
dan kelapangan jiwa supaya bisa beradaptasi dengan baik di daerah penempatan.
Setiap
hari aku selalu isi dengan kegiatan-kegiatan kecil seperti membuat documenter,
jalan santai sekitar jembatan sambal menikmati alam sekitar, membuat media
pembelajaran, membuat olahan makanan yang tentu hanya dengan bahan dan bumbu
seadanya. Hal ini aku lakukan agar tidak terjadi kejenuhan dan juga lamunan
yang membuat aku tidak bisa focus dalam pengabdian ini. Pokoknya kita harus
pintar-pintar mengisi waktu luang dengan segala kegiatan yang membuat kita lupa
akan kampung halaman dan juga bisa menumbuhkan suatu rasa nyaman baru di tempat
kita berada.
Bulan-bulan berikutnya, aku sudah mulai
terbiasa dengan keadaan sekitar rumah. Malahan muncul benih-benih rasa nyaman
tinggal dilokasi yang jauh dari hingar bingar perkotaan. Setiap sore di depan
rumah, aku mulai menikmati panorama alam yang hijau dari dedaunan yang rimbuna
di atas pohon yang berderet, aliran sungai yang tenang serta hembusan angin
yang menyejukkan membuat aku terpesona dengan alam kampung Bawor-Eseib ini.
Pesona langit di senja hari tanpa sadar memanjakan dan membuat aku
terkagum-kagum melihatnya. Pemandangan sore hari ini yang menjadi salah satu
hal aku selalu merindukan tanah papua sampai sekarang. Kadang aku juga
berjalan-jalan keliling kampung sambil menikmati pesona hijau disana dan sini.
Tak ketinggalan aku juga ikut aktifitas memancing bersama para siswa dikala air
sungai sedang naik. Sungguh semakin hari aku semakin nyaman tinggal di
perkampungan tersebut. pikiran ku tenang seakan tidak ada permasalahan,
komunikasi terjadi secara langsung tanpa gangguan sebuah gadget, dan kita tidak
perlu khawatir kekurangan uang karena disana bahkan kita tidak akan
mengeluarkan uang kecuali untuk membeli kebutuhan pokok yang itu pun terjadi
satu bulan sekali.
Hampir
setiap sore juga anak-anak sering datang bermain ke rumah. Mereka senang ketika
kami berdua memberikan suatu permainan yang baru bagi mereka. Oh iya kami
memiliki tempat bernama AF NIRIDAN GARAE MIN, diambil dari Bahasa sawi yang
artinya rumah belajar dan bermain. Kami beri nama demikian karena setiap kami
memberikan permainan selalu terselip nila-nilai edukasi didalammnya. Berbagai
permainan kami berikan seperti congklak, make a macth, kartu, gobak sodor,
benteng, sampai yang hitz banget adalah tebak telur ayam (permainan ini 2
minggu lebih dari pagi sampai sore mereka lakukan kagak ada bosennya). Aku juga
membangun tempat untuk Lathan otot tangan dan hal ini juga diikuti oleh mereka.
Sungguh senang melihat mereka begitu antusias mengikuti apa yang kami lakukan.
Permainan-permainan yang sebetulnya sudah jarang kita lakukan di jawa, bagi
anak Papua merupakan adalah hal baru dan unik.
Kegiatan
lain yang biasa aku lakukan bersama mereka adalah memancing sampai-sampai aku
niat beli nilon, kail dan menyuruh anak-anak membawakan tongkat pancing. Dikala
air naik, kami bersiap sedia duduk pinggir sungai depan rumah dengan berbekal
cacing atau thor (anakan ulat sagu) sebagai umpan. Keceriaan terpancar ketika
kami saling berkompetisi siapa yang mampu menangkap ikan paling banyak, kami
saling ejek, saling meremehkan satu sama lain. Tidak ada yang merasa
tersinggung, justru kami malah tertawa bersama walau yang kami utarakan adalah
ejekan tapi semua itu merupakan candaan yang kami lakukan. Lebih sering aku dan
anak-anak memancing ketika air naik pada malam hari, apalagi saat bulan
purnama, dari selesai solat isya sampe tengah malam kami memancing. Kalau lagi
beruntung, kami bisa menangkap udang banyak sekali dan pada saat itu juga kami
membuat api unggun lalu membakar hasil tangkapan kami. Sungguh sesuatu yang tak
bisa aku lupakan, bagaimana serunya memancing dengan penuh kesabaran bersama
anak-anak disana.
Satu
lagi nih yang paling aku ingat kala ditempat pengabdian. Anak-anak yang
antusias mendengarkan cerita kehidupanku dan juga lingkungan yang ada di Jawa
sana. Sore hari sekiranya aku sedang tidak ada kegiatan di rumah, kadang aku
sempatkan untuk duduk santai di jembatan depan sekolah atau depan pustu
(puskesmas pembantu). Aku bercerita bagaimana kehidupanku di Jaw asana, mulai
dari kegiatanku selama sekolah, kegiatan-kegiatan yang sering aku lakukan
diluar jam sekolah, ketika aku kuliah, sampai perjuanganku mengikuti program
SM-3T ini. Tak lupa aku juga selalu sisipkan nilai-nilai moral dan Pendidikan
kepada anak-anak dari apa yang aku utarakan. Semua itu dilakukan agar anak-anak
pedalaman lebih termotivasi untuk giat dalam belajar. Terkadang anak-anak suka
memotong pembicaraanku dan mereka sering berkata ingin ke jawa, sekolah disana,
ingin ikut dengan ku, sampai menyebutkan hal-hal lain yang menjadi kainginan
mereka. Aku tersenyum melihat mendengar mereka mampu mengutarakan apa yang
mereka mau. Senang rasanya apabila anak-anak disini memiliki keinginan yang
membuat diri mereka maju, tinggal bagaimana caranya mereka terbantu untuk
mewujudkan keinginannya. Aku semakin termotivasi untuk terus menjelajah ke
pelosok negeri, memberikan apa yang aku punya demi kemajuan generasi muda.
Oh
iya guysss, disini meskipun hutan, tapi bisa jadi ramai seperti ada acara
nikahan loh… malem-malem kalo lagi ada dana, biasanya masyarakat beli bahan
bakar buat nyalain engkol, dan jreng…jreng….. kala hari mulai gelap akan
terdengar lagu-lagu khas maluku dan papua yang diputar oleh masyarakat dengan
memakai toa dan itu bisa sampai tengah malam. Apalagi kala mendekati akhir
tahun, dari bulan November hingga tahun baru tiba, masyarakat yang pergi
mencari kayu gaharu akan mulai berdatangan dengan membawa segala barang
elektronik, malamnya suara music terdengar saling sahut-sahutan satu sama lain
seakan saling beradu mana music yang paling keras. Hal ini dilakukan dalam
rangka menyambut natal tiba dan yah sebagai hiburan. Kalau kita datang ke rumah
penduduk, kita bisa melihat mereka sedang berjoged khas daerah mereka. Oh iya
bahkan kadang kepala sekolah atau guru disana pun memutar music malam-malam dan
banyak anak-anak berdatangan ke lapangan sekolah sekedar untuk berjoged ria.
Jadi kalo akhir tahun gak akan nemu malam sunyi, yang ada malam penuh suka
cita. Aku juga ikut senang dan merasa terhibur, bahkan beberapa lagu yang
diputar cukup enak didengar dan berirama yang memang aku sendiri terhipnotis
untuk berjoged.
MALARIA OR MALARINDU
Indonesia bagian timur merupakan daerah endemic penyakit malaria. Kalian
tahu kan apa itu penyakit malaria? Malaria merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Infeksi
malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan ikterus. Ada tiga
jenis malaria di Indonesia yaitu, tropikana, tersiana, dan gabungan dari kedua
jenis tersebut. Penyakit malaria menyerang ke bagian lambung dan juga syaraf,
tergantung jenis yang diderita. Penyakit ini patut diwaspadai karena apabila
sudah terserang, sakitnya minta ampun dan ketersediaan obatnya cukup terbatas.
Cerita dari
guru-guru disana bahwa kita harus menjaga kondisi tubuh kita, jangan terlalu
kecapean, jangan terlalu banyak tidur siang hari, jangan selalu pola makan, dan
sering-sering makan yang pahit agar kita tidak terserang penyakit malaria.
Cerita dari angkatan V yang ditempatkan di Kabupaten Asmat bahwa hampir semua
peserta pernah terkena malaria. Aje gileeee, persentase tidak terkenanya
sedikit. Di pedalaman Asmat ini kita memang benar-benar harus memanjakan tubuh
agar tidak mudah terkena penyakit. Jalani kehidupan dengan baik, jangan terlalu
banyak beban pikiran, karena hal itu memicu dropnya badan kita dan penyakit
malariapun hinggap pada diri kita.
Sebelum berangkat ke pedalaman, aku juga sudah
mempersiapkan segala sesuatu apabila hal yang tidak diinginkan terjadi.
Mempelajari penyakit malaria ini, mengecek kesehatan tubuh, dan juga konsultasi
dengan dokter mengenai jenis obat yang harus aku bawa. Selama di pedalaman pun
sebisa mungkin aku selalu melakukan aktivitas agar tidak merasa jenuh, tidak
terlalu memikirkan hal yang tidak penting, mengatur jadwal makan dan juga
istirahat. Walau begitu kekhawatiran akan terkena penyakit ini terus muncul.
Tiga bulan kami mengabdi, aku mendapatkan kabar tidak
enak. Salah satu teman kami sesame guru SM-3T yang ditempatkan di distrik
berbeda harus terkena penyakit malaria dan dilarikan ke RSUD Kab, Asmat. Tak
disangka di angkatan ke VI juga harus ada yang mengalami hal serupa. Kami hanya
bisa mendo’akan dari jauh agar teman kami bisa segera sembuh. Mulai dari sana, teman-teman kami yang lain
juga satu persatu terkena penyakit malaria. Aku semakin was-was kalau nanti
terkena penyakit ini harus seperti apa, jarak kampung ke rumah sakit sangatlah
jauh. Aku hanya terus berdo’a supaya kami tetap dilindungi dan diberikan
kesehatan agar kami bisa menjalankan pengabdian ini dengan baik.
Tak
kalah berat dari malaria, ada yang namanya malarindu. Penyakit yang satu ini
bisa jadi penyebab malaria datang. Sulitnya sarana komunikasi menjadi penyebab
utama malrindu itu terus muncul, rindu orang tua, rindu sahabat, rindu
orang-orang tersayang yang tinggal di Jawa. Malarindu juga membuat kondisi
pikiran tak stabil sehingga bibit-bibit malaria yang dibawa nyamuk bisa
berkembang dengan cepatnya. Beruntung ada obat mujarab yang diberikan dan
gratis untuk malarindu ini. Sahabat-sahabat terbaik, rekan seperjuangan menjadi
obat mujarab. Canda tawa bersama, cerita mengenai pengalaman di kampung dan
gila-gilaan bersama merupakan obat stress yang kami beri satu sama lain. Bahkan
ada yang sakitpun bila merasa terhibur, dengan segera sakitnya sembuh. Beginilah
cara kami mengatasi malarindu akan kampung halaman kami, semua menjadi kenangan
tersendiri dan kerinduan tersendiri untuk berkumpul kembali.
------
INTRAKULIKULER DAN EKSTRAKULIKULER SEKOLAH
Pengabdian
ini bukan berarti memanfaatkan hanya untuk mein-main saja, hanya untuk liburan
gratis saja, tetapi coba aku isi dengan hal-hal positif baik bagi penduduk dan
sekolah maupun bagi diriku sendiri. Sebetulnya banyak sekali kegiatan yang aku
lakukan disana. Kalo diceritakan disini semua gak bakal habis-habisnya. Jadi
sebagian saja ya, sisanya bisa tanya langsung ke orangnya hahahaha atau lewat
foto dokumentasi kegiatan yang penulis abadikan.
Bagi
seluruh lembaga Pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah. ada kegiatan
rutin yang harus dilakukan setiap seni pagi. Ya kegiatan itu adalah upacara
pengibaran bendera. Upacara ini sebagai wujud rasa cinta kita terhadap tanah
air, sebagai wujud rasa hormat dan bangga kepada seluruh pahlawan bangsa yang
telah rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kata kepala
sekolah, dulu sudah sering dilaksanakan kegiatan ini, tetapi mengalami
kemunduran. Oleh karena itu, aku Bersama guru-guru mencoba untuk membangkitakan
kembali semangat para siswa di tapel 2016-2017 agar bisa melaksanakan upacara
pengiabran bendera setiap hari senin pagi. Kami mulai melatih para siswa
khususnya yang sudah lancer membaca sebagai petugas upacara. You know that,,,
aku harus melatih tim pengibar bendera. Kalian tahulah bagian ini adalah hal
paling inti, sehingga para petugasnya haruslah benar-benar menguasai setiap gerakan
pada saat mengibarkan bendera. Aku mencoba melatih para siswa dengan sabar,
sesuai dengan kemampuanku. Cukup sulit memang karena anak-anak disini belum
paham betul tata cari baris-berbaris apalagi untuk berjalan secara teratur.
Tapi aku yakin mereka pasti bisa hanya perlu focus dan percaya diri. Latihan
upacara selalu kami lakukan pada hari sabtu pagi sebelum memulai kegiatan
ibadah Bersama.
Jreng…jreng…..
hari senin perdana anak-anak melaksanakan kegiatan upacara pengibaran bendera.
Cukup was-was dan khawatir aku dibuatnya, takut-takut ditengah upacara terjadi
kesalahan, tetapi pada kegiatan Perdana ini, para guru tetap membimbing apara
siswa yang menjadi petugas agar bisa melaksanakan upacara dengan baik. Upacara
berlangsung dengan cukup baik, meskipun masih terdapat beberapa kesalahan dan
jauh dari sempurna, tetapi aku bangga, anak-anak yang biasanya malu-malu dan
tidak percaya diri bisa menunjukkan kebolehannya sebagai petugas upacara. Aku
terus memberikan motivasi agar setiap pelaksanaannya terus dan terus diperbaiki
agar semakin baik. Awalnya kami para guru yang menunjuk siswa untuk menjadi
petugas di setiap kelasnya. Namun semenjak kegiatan ini menjadi rutinitas, para
siswa berbondong-bondong ingin menunjukkan diri bahwa dia bisa, bahkan siswa
yang belum bisa membacapun mengajukan diri sebagai petugas upacara. Aku sampai
kaget dan ragu kalau-kalau upacara nanti tidak berjalan dengan baik. Tapi aku
salah, dengan keberanian dia sepertia itu, secara tidak langsung memacu dirinya
sendiri agar berusaha untuk membaca kata demi kata walau terbata-bata. Kegiatan
ini bisa dijadikan salah satu motivasi siswa dalam berkompetisi untuk saling
menunjukkan kemampuan masing-masing dan berusaha untuk terus belajar.
Ada
yang seru juga loh. Aku sempat bikin olahan makanan yang dibawa oleh siswa ke
sekolah. aku yang suruh sih sebetulnya. Kebetulan waktu itu aku baru selesai
menjelaskan tentang teknologi produksi dimana suatu bahan diolah menjadi bahan
baku, aku contohkan waktu itu adalah pembuatan minyak dari kelapa secara
sederhana. Minggu berikutnya aku suruh anak-anak membawa kelapa dan juga bahan
makanan lainnya untuk kita praktekkan agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan
mereka (berhubung di kampung banyak sekali pohon kelapa). Di hari H kita
praktek, anak-anak membawa satu buah kelapa, singkong, pisang, kangkong, dan
sagu. Aje gile itu mau dibikin apa hahahaha….. pagi hari aku dengan semua anak
kelas 3 dan 4 mempersiapkan segala sesuatunya. Pisang dan singkong akan aku
jadikan sebagai keripik, sebagian singkong aku parut dan aku bikin combro, ada
juga yang akan di rebus. Kelapa kami olah menjadi kelapa, dan kangkung kita oseng saja sementara sagu hahaha itu aku bawa
pulang (ingin coba mengolah sagu sendiri). Keseruan terjadi kala itu, anak-anak
antusias membantu dan tak sabar ingin mencoba masakan yang dibuat. Tak lupa
kelapa yang coba kami olah pun setengah berhasil menjadi minyak. Ketika seluruh
olahan sudah jadi, aku mencoba membagi adil untuk seluruh anak yang hadir pada
waktu itu, tak lupa juga membagi untuk guru-guru yang lain. Anak-anak semua
senang sekali bisa menikmati makanan hasil olahan sendiri. Aku lekas
memberitahukan kepada mereka apabila nanti bosan dengan olahan makanan yang
biasa mereka masak, bisa dicoba cara memasak yang telah aku ajarkan.
Sebetulnya
acara masak ini gak cuma waktu praktek anak kelas 3 dan 4, tetapi juga sempat
dilakukan ketika ujian praktek anak-anak kelas 6. Waktu itu seluruh siswa kelas
6 ditugaskan untuk mengolah dan menyajikan makanan tradisional. Seluruh siswa
membawa sagu dan ulat sagu dari rumah mereka. Tentu saja masakan tradisional
yang mudah mereka sajikan adalah sagu bakar. Disana aku memperhatikan bagaimana
mengolah sagu tersebut, pemberian bumbu, proses membungkus, pembakaran dan pada
saat mereka menyajikan (kebetulan ditugasi juga untuk menilai mereka, hehhehe).
Mereka semua sudah mahir dalam hal memasak makanan tradisional mereka, namun
mereka belum terbiasa menyajikan makanan tersebut agar terlihat lebih menarik,
sampai-sampai mereka dapat omelan dari kepala sekolah. disini keahlianku dalam
hal masakan kembali diuji, aku coba memberikan ilmu kepada mereka bagaimana
cara menyajikan makanan agar terlihat lebih cantic dan mampu menarik konsumen
untuk mencoba makanan tersebut yah walaupun sebisanya sih heheheh. Ternyata eh ternyata,
setelah aku berikan contoh, mereka juga mampu menyajikan makanan dengan lebih
menarik dari segi penampilannya. Dasar anak-anak pedalaman mesti sedikit
dipaksa baru mereka bisa menunjukkan kemampuannya.
Guys,,,,
kegiatan lain yang sempat kami berdua laksanakan dan menjadi rutinitas adalah
ektrakulikuler pramuka. Pramuka merupakan ektrakulikuler wajib untuk setiap
jenjang Pendidikan. Oleh karena itu perlu disetiap sekolah melaksanakan latihan
setiap minggunya.
Sebetulnya
anak-anak pedalaman haruslah tidak sulit mengikuti kegiatan ini, karena
keseharian mereka juga sudah hidup di alam. Hanya saja yang sulit adalah
melatih kedisiplinan, belajar aturan baris berbaris dan juga dari segi materi
yang tidak mereka peroleh secara otodidak.
Kami
melaksanakan latihan pramuka setiap hari sabtu sore. Mulai dari kelas kecil
sampai kelas besar mengikuti kegiatan ini, meskipun setiap minggunya anak-anak
timbul tenggelam, maklum mereka belum terbiasa melaksanakan kegiatan ini. Aku
yang mendapat tugas membina para anggota penggalang (kelas besar) mencoba
memberikan apa yang aku bsia dan paham. Mulai dari latiha beris berbaris,
pengetahuan seputar kepramukaan, tali temali, sandi, sampai permainan-permainan
yang mengasar kemampuan dan kerjasama mereka. Ada satu yang membuat aku senang
juga terharu. Waktu itu aku memberikan materi tentang treasure hunter yang aku
gabungkan dengan santi kotak. Permainan ini aku bagi menjadi dua regu putra dan
putri yang mana mereka harus bersaing mencari bagian-bagian sandi yang nantinya
mereka susun dan memecahkan sandi tersebut menjadi suatu kalimat. Antusias
mereka mengikuti persaingan tersebut menjadi keseruan sore itu bahkan mereka
tidak mau mengakhiri kegiatan sebelum memecahkan sandi tersebut dan mengalahkan
regu lawan. Yang membuatku terharu adalah, setiap regu terdiri dari anak-anak
yang berasal dari kampung berbeda, tidak pernah bermain Bersama, saling
bermusuhan, dan tidak mampu berkerjasama. Tetapi pada kegiatan treasure hunter
ini,s ecara tidak sadar mereka berdiskusi satu sama lain, saling membagi tugas,
berkerjasama dengan baik. Aku berfikir, andai kedua kampung ini bisa akur, maka
kemajuan yang akan diperoleh darinya. Baru kali ini aku melihat mereka seperti
itu, seakan tidak ada perbedaan, seakan mereka adalah satu layaknya berasal
dari kampung yang sama. Aku selalu berharap semoga kerjasama pada mereka tidak
hanya pada kegiatan ini, namun pada kegiatan lain dan juga pada kehidupan
mereka sehari-hari.
-------
10 nopember 2016 yang merupakan hari
pahlawan coba kami jadikan sebagai moment pemupukan motivasi dan peningkatan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Setelah beberapa hari sebelumnya aku, rekan
sepenempatan dan guru-guru lain sempat memperbincangkan mengenai hari pahlawan
yang jatuh pada hari kamis. Kami berencana kalau kegiatan olahraga yang biasa
kami laksanakan pada hari jum’at digeser ke hari kamis agar kami bisa
melaksanakan kegiatan peringatan hari pahlawan. Kami semua setuju dan langsung
menyusun konsep kegiatannya.
Kegiatan memperingati hari pahlawan
berlangsung satu hari penuh. Pelaksanaan kegiatan ini adalah kompetisi antar
kelompok yang kami susun menjadi empat kelompok dengan kategori setiap
anggotanya adalah heterogen. Setiap kelompok kami suguhkan permainan
diantaranya bakiak, memasukan paku ke botol, memukul kendi berisi air, sampai
halang rintang. Tak disangka, anak-anak begitu antusias mengikuti kegiatan ini.
Bagi mereka ini merupakan hal baru yang belum pernah mereka lakukan.
Permainan-permainan yang mana di jawa sudah jarang dilakukan oleh anak-anak
jaman sekarang justru menjadi daya tarik dan keseruan sendiri bagi anak-anak
disini. Akupun seakan kembali kemasa kecil dulu dan begitu menikmati aksi-aksi
dari para siswa. Tawa canda keluar begitu saja di tengah-tengah kegiatan
berlangsung. Sungguh senang melihat para siswa bisa mengikuti kegiatan dengan
baik, tidak seperti belajar di kelas yang selalu saja mengeluh, tapi dikegiatan
seperti ini tak ada kata mengeluh tak ada kata tidak mau malah mereka
menginginkan kegiatan seperti ini sering dilakukan.
----------
to be Continued ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar