Sabtu, 05 Januari 2019

Impian dari Tanah Mutiara Hitam Indonesia bag. 5

HARI-HARI DI KAMPUNG BAWOR-ESEIB
Pagi hari yang cerah, kicau burung yang merdu, tetesan embun yang berkilauan, dan cahaya matahari di ufuk timur yang mulai menunjukkan dirinya melengkapi indahnya pagi hari ini. Aku mulai mengawali aktivitasku sebagai seorang pendidik, aktivitas yang akan aku laksanakan selama setahun ini di pedalaman. Aku mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada para anak-anak pedalaman yang bersekolah. Kegiatan di hari pertama aku masuk kelas adalah mengobservasi kemampuan-kemampuan para siswa dalam hal membaca, menulis dan menghitung. Seperti yang diperkirakan, anak-anak disini hampir semua belum bisa kemampuan dasar tersebut sehingga sulit untuk memperoleh materi pelajaran.
Keterlambatan anak menguasai kemampuan dasar ini disebabkan beberapa alasan seperti yang diutarakan oleh pihak guru yang ada di sekolah. Anak-anak usia sekolah sering dibwa keluar masuk hutan oleh orang tua mereka dengan jangka waktu cukup lama. Motivasi siswa yang memang kurang untuk belajar. Kegiatan belajar hanya ada si sekolah tanpa adanya dukungan belajar dari orang tua di rumah. Yang paling parah adalah anak-anak yang didaftarkan oleh orang tuanya di kelas satu mereka bawa ke lokasi untuk mencari kayu gaharu dalam jangka waktu yang cukup lama (bisa sampai 2-3 tahun bahkan ada yang lebih) dan di lokasi pencarian kayu gaharu tersebut mereka tidak belajar atau sekolah. Ketika datang kembali ke kampung mereka dengan leluasanya masuk begitu saja ke sekolah dan memilih kelas mereka sendiri. Miris memang melihat kondisi seperti ini. Guru-guru disini bukan tidak ada tindakan, tetapi mereka selalu berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap orang tua, memberikan pengertian agar anaknya bisa bersekolah dengan baik tetapi tetap saja kejadian-kejadian seperti itu terus dilakukan oleh orang tua siswa.
Bulan-bulan pertama, aku lewati dengan proses adaptasi di lingkungan yang baru, lingkungan yang sepi, sunyi, tanpa ada sinyal, listrik dan jauh dari orang tua. Kadang lamunan selalu menghampiri, memikirkan kehidupan di jawa sana. Rasa rindu terhadap orang tua, saudara, sahabat, dan juga orang-orang tersayang lainnya masih sering menghantui. Tinggal di rumah berdua di rumah yang serba kekurangan kadang membuat bosan dan jenuh juga. Tapi itu coba aku hadapi dengan sabar dan terus menyerahkan segalanya kepada tuhan agar tetap diberikan keamanan, keselamatan, keteduhan dan kelapangan jiwa supaya bisa beradaptasi dengan baik di daerah penempatan.
Setiap hari aku selalu isi dengan kegiatan-kegiatan kecil seperti membuat documenter, jalan santai sekitar jembatan sambal menikmati alam sekitar, membuat media pembelajaran, membuat olahan makanan yang tentu hanya dengan bahan dan bumbu seadanya. Hal ini aku lakukan agar tidak terjadi kejenuhan dan juga lamunan yang membuat aku tidak bisa focus dalam pengabdian ini. Pokoknya kita harus pintar-pintar mengisi waktu luang dengan segala kegiatan yang membuat kita lupa akan kampung halaman dan juga bisa menumbuhkan suatu rasa nyaman baru di tempat kita berada.
Bulan-bulan berikutnya, aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan sekitar rumah. Malahan muncul benih-benih rasa nyaman tinggal dilokasi yang jauh dari hingar bingar perkotaan. Setiap sore di depan rumah, aku mulai menikmati panorama alam yang hijau dari dedaunan yang rimbuna di atas pohon yang berderet, aliran sungai yang tenang serta hembusan angin yang menyejukkan membuat aku terpesona dengan alam kampung Bawor-Eseib ini. Pesona langit di senja hari tanpa sadar memanjakan dan membuat aku terkagum-kagum melihatnya. Pemandangan sore hari ini yang menjadi salah satu hal aku selalu merindukan tanah papua sampai sekarang. Kadang aku juga berjalan-jalan keliling kampung sambil menikmati pesona hijau disana dan sini. Tak ketinggalan aku juga ikut aktifitas memancing bersama para siswa dikala air sungai sedang naik. Sungguh semakin hari aku semakin nyaman tinggal di perkampungan tersebut. pikiran ku tenang seakan tidak ada permasalahan, komunikasi terjadi secara langsung tanpa gangguan sebuah gadget, dan kita tidak perlu khawatir kekurangan uang karena disana bahkan kita tidak akan mengeluarkan uang kecuali untuk membeli kebutuhan pokok yang itu pun terjadi satu bulan sekali.
Hampir setiap sore juga anak-anak sering datang bermain ke rumah. Mereka senang ketika kami berdua memberikan suatu permainan yang baru bagi mereka. Oh iya kami memiliki tempat bernama AF NIRIDAN GARAE MIN, diambil dari Bahasa sawi yang artinya rumah belajar dan bermain. Kami beri nama demikian karena setiap kami memberikan permainan selalu terselip nila-nilai edukasi didalammnya. Berbagai permainan kami berikan seperti congklak, make a macth, kartu, gobak sodor, benteng, sampai yang hitz banget adalah tebak telur ayam (permainan ini 2 minggu lebih dari pagi sampai sore mereka lakukan kagak ada bosennya). Aku juga membangun tempat untuk Lathan otot tangan dan hal ini juga diikuti oleh mereka. Sungguh senang melihat mereka begitu antusias mengikuti apa yang kami lakukan. Permainan-permainan yang sebetulnya sudah jarang kita lakukan di jawa, bagi anak Papua merupakan adalah hal baru dan unik.
Kegiatan lain yang biasa aku lakukan bersama mereka adalah memancing sampai-sampai aku niat beli nilon, kail dan menyuruh anak-anak membawakan tongkat pancing. Dikala air naik, kami bersiap sedia duduk pinggir sungai depan rumah dengan berbekal cacing atau thor (anakan ulat sagu) sebagai umpan. Keceriaan terpancar ketika kami saling berkompetisi siapa yang mampu menangkap ikan paling banyak, kami saling ejek, saling meremehkan satu sama lain. Tidak ada yang merasa tersinggung, justru kami malah tertawa bersama walau yang kami utarakan adalah ejekan tapi semua itu merupakan candaan yang kami lakukan. Lebih sering aku dan anak-anak memancing ketika air naik pada malam hari, apalagi saat bulan purnama, dari selesai solat isya sampe tengah malam kami memancing. Kalau lagi beruntung, kami bisa menangkap udang banyak sekali dan pada saat itu juga kami membuat api unggun lalu membakar hasil tangkapan kami. Sungguh sesuatu yang tak bisa aku lupakan, bagaimana serunya memancing dengan penuh kesabaran bersama anak-anak disana.
Satu lagi nih yang paling aku ingat kala ditempat pengabdian. Anak-anak yang antusias mendengarkan cerita kehidupanku dan juga lingkungan yang ada di Jawa sana. Sore hari sekiranya aku sedang tidak ada kegiatan di rumah, kadang aku sempatkan untuk duduk santai di jembatan depan sekolah atau depan pustu (puskesmas pembantu). Aku bercerita bagaimana kehidupanku di Jaw asana, mulai dari kegiatanku selama sekolah, kegiatan-kegiatan yang sering aku lakukan diluar jam sekolah, ketika aku kuliah, sampai perjuanganku mengikuti program SM-3T ini. Tak lupa aku juga selalu sisipkan nilai-nilai moral dan Pendidikan kepada anak-anak dari apa yang aku utarakan. Semua itu dilakukan agar anak-anak pedalaman lebih termotivasi untuk giat dalam belajar. Terkadang anak-anak suka memotong pembicaraanku dan mereka sering berkata ingin ke jawa, sekolah disana, ingin ikut dengan ku, sampai menyebutkan hal-hal lain yang menjadi kainginan mereka. Aku tersenyum melihat mendengar mereka mampu mengutarakan apa yang mereka mau. Senang rasanya apabila anak-anak disini memiliki keinginan yang membuat diri mereka maju, tinggal bagaimana caranya mereka terbantu untuk mewujudkan keinginannya. Aku semakin termotivasi untuk terus menjelajah ke pelosok negeri, memberikan apa yang aku punya demi kemajuan generasi muda.
Oh iya guysss, disini meskipun hutan, tapi bisa jadi ramai seperti ada acara nikahan loh… malem-malem kalo lagi ada dana, biasanya masyarakat beli bahan bakar buat nyalain engkol, dan jreng…jreng….. kala hari mulai gelap akan terdengar lagu-lagu khas maluku dan papua yang diputar oleh masyarakat dengan memakai toa dan itu bisa sampai tengah malam. Apalagi kala mendekati akhir tahun, dari bulan November hingga tahun baru tiba, masyarakat yang pergi mencari kayu gaharu akan mulai berdatangan dengan membawa segala barang elektronik, malamnya suara music terdengar saling sahut-sahutan satu sama lain seakan saling beradu mana music yang paling keras. Hal ini dilakukan dalam rangka menyambut natal tiba dan yah sebagai hiburan. Kalau kita datang ke rumah penduduk, kita bisa melihat mereka sedang berjoged khas daerah mereka. Oh iya bahkan kadang kepala sekolah atau guru disana pun memutar music malam-malam dan banyak anak-anak berdatangan ke lapangan sekolah sekedar untuk berjoged ria. Jadi kalo akhir tahun gak akan nemu malam sunyi, yang ada malam penuh suka cita. Aku juga ikut senang dan merasa terhibur, bahkan beberapa lagu yang diputar cukup enak didengar dan berirama yang memang aku sendiri terhipnotis untuk berjoged.

MALARIA OR MALARINDU
Indonesia bagian timur merupakan daerah endemic penyakit malaria. Kalian tahu kan apa itu penyakit malaria? Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan ikterus. Ada tiga jenis malaria di Indonesia yaitu, tropikana, tersiana, dan gabungan dari kedua jenis tersebut. Penyakit malaria menyerang ke bagian lambung dan juga syaraf, tergantung jenis yang diderita. Penyakit ini patut diwaspadai karena apabila sudah terserang, sakitnya minta ampun dan ketersediaan obatnya cukup terbatas.
Cerita dari guru-guru disana bahwa kita harus menjaga kondisi tubuh kita, jangan terlalu kecapean, jangan terlalu banyak tidur siang hari, jangan selalu pola makan, dan sering-sering makan yang pahit agar kita tidak terserang penyakit malaria. Cerita dari angkatan V yang ditempatkan di Kabupaten Asmat bahwa hampir semua peserta pernah terkena malaria. Aje gileeee, persentase tidak terkenanya sedikit. Di pedalaman Asmat ini kita memang benar-benar harus memanjakan tubuh agar tidak mudah terkena penyakit. Jalani kehidupan dengan baik, jangan terlalu banyak beban pikiran, karena hal itu memicu dropnya badan kita dan penyakit malariapun hinggap pada diri kita.
Sebelum berangkat ke pedalaman, aku juga sudah mempersiapkan segala sesuatu apabila hal yang tidak diinginkan terjadi. Mempelajari penyakit malaria ini, mengecek kesehatan tubuh, dan juga konsultasi dengan dokter mengenai jenis obat yang harus aku bawa. Selama di pedalaman pun sebisa mungkin aku selalu melakukan aktivitas agar tidak merasa jenuh, tidak terlalu memikirkan hal yang tidak penting, mengatur jadwal makan dan juga istirahat. Walau begitu kekhawatiran akan terkena penyakit ini terus muncul.
Tiga bulan kami mengabdi, aku mendapatkan kabar tidak enak. Salah satu teman kami sesame guru SM-3T yang ditempatkan di distrik berbeda harus terkena penyakit malaria dan dilarikan ke RSUD Kab, Asmat. Tak disangka di angkatan ke VI juga harus ada yang mengalami hal serupa. Kami hanya bisa mendo’akan dari jauh agar teman kami bisa segera sembuh.  Mulai dari sana, teman-teman kami yang lain juga satu persatu terkena penyakit malaria. Aku semakin was-was kalau nanti terkena penyakit ini harus seperti apa, jarak kampung ke rumah sakit sangatlah jauh. Aku hanya terus berdo’a supaya kami tetap dilindungi dan diberikan kesehatan agar kami bisa menjalankan pengabdian ini dengan baik.
Tak kalah berat dari malaria, ada yang namanya malarindu. Penyakit yang satu ini bisa jadi penyebab malaria datang. Sulitnya sarana komunikasi menjadi penyebab utama malrindu itu terus muncul, rindu orang tua, rindu sahabat, rindu orang-orang tersayang yang tinggal di Jawa. Malarindu juga membuat kondisi pikiran tak stabil sehingga bibit-bibit malaria yang dibawa nyamuk bisa berkembang dengan cepatnya. Beruntung ada obat mujarab yang diberikan dan gratis untuk malarindu ini. Sahabat-sahabat terbaik, rekan seperjuangan menjadi obat mujarab. Canda tawa bersama, cerita mengenai pengalaman di kampung dan gila-gilaan bersama merupakan obat stress yang kami beri satu sama lain. Bahkan ada yang sakitpun bila merasa terhibur, dengan segera sakitnya sembuh. Beginilah cara kami mengatasi malarindu akan kampung halaman kami, semua menjadi kenangan tersendiri dan kerinduan tersendiri untuk berkumpul kembali.

------
INTRAKULIKULER DAN EKSTRAKULIKULER SEKOLAH
Pengabdian ini bukan berarti memanfaatkan hanya untuk mein-main saja, hanya untuk liburan gratis saja, tetapi coba aku isi dengan hal-hal positif baik bagi penduduk dan sekolah maupun bagi diriku sendiri. Sebetulnya banyak sekali kegiatan yang aku lakukan disana. Kalo diceritakan disini semua gak bakal habis-habisnya. Jadi sebagian saja ya, sisanya bisa tanya langsung ke orangnya hahahaha atau lewat foto dokumentasi kegiatan yang penulis abadikan.
Bagi seluruh lembaga Pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah. ada kegiatan rutin yang harus dilakukan setiap seni pagi. Ya kegiatan itu adalah upacara pengibaran bendera. Upacara ini sebagai wujud rasa cinta kita terhadap tanah air, sebagai wujud rasa hormat dan bangga kepada seluruh pahlawan bangsa yang telah rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kata kepala sekolah, dulu sudah sering dilaksanakan kegiatan ini, tetapi mengalami kemunduran. Oleh karena itu, aku Bersama guru-guru mencoba untuk membangkitakan kembali semangat para siswa di tapel 2016-2017 agar bisa melaksanakan upacara pengiabran bendera setiap hari senin pagi. Kami mulai melatih para siswa khususnya yang sudah lancer membaca sebagai petugas upacara. You know that,,, aku harus melatih tim pengibar bendera. Kalian tahulah bagian ini adalah hal paling inti, sehingga para petugasnya haruslah benar-benar menguasai setiap gerakan pada saat mengibarkan bendera. Aku mencoba melatih para siswa dengan sabar, sesuai dengan kemampuanku. Cukup sulit memang karena anak-anak disini belum paham betul tata cari baris-berbaris apalagi untuk berjalan secara teratur. Tapi aku yakin mereka pasti bisa hanya perlu focus dan percaya diri. Latihan upacara selalu kami lakukan pada hari sabtu pagi sebelum memulai kegiatan ibadah Bersama.
Jreng…jreng….. hari senin perdana anak-anak melaksanakan kegiatan upacara pengibaran bendera. Cukup was-was dan khawatir aku dibuatnya, takut-takut ditengah upacara terjadi kesalahan, tetapi pada kegiatan Perdana ini, para guru tetap membimbing apara siswa yang menjadi petugas agar bisa melaksanakan upacara dengan baik. Upacara berlangsung dengan cukup baik, meskipun masih terdapat beberapa kesalahan dan jauh dari sempurna, tetapi aku bangga, anak-anak yang biasanya malu-malu dan tidak percaya diri bisa menunjukkan kebolehannya sebagai petugas upacara. Aku terus memberikan motivasi agar setiap pelaksanaannya terus dan terus diperbaiki agar semakin baik. Awalnya kami para guru yang menunjuk siswa untuk menjadi petugas di setiap kelasnya. Namun semenjak kegiatan ini menjadi rutinitas, para siswa berbondong-bondong ingin menunjukkan diri bahwa dia bisa, bahkan siswa yang belum bisa membacapun mengajukan diri sebagai petugas upacara. Aku sampai kaget dan ragu kalau-kalau upacara nanti tidak berjalan dengan baik. Tapi aku salah, dengan keberanian dia sepertia itu, secara tidak langsung memacu dirinya sendiri agar berusaha untuk membaca kata demi kata walau terbata-bata. Kegiatan ini bisa dijadikan salah satu motivasi siswa dalam berkompetisi untuk saling menunjukkan kemampuan masing-masing dan berusaha untuk terus belajar.
Ada yang seru juga loh. Aku sempat bikin olahan makanan yang dibawa oleh siswa ke sekolah. aku yang suruh sih sebetulnya. Kebetulan waktu itu aku baru selesai menjelaskan tentang teknologi produksi dimana suatu bahan diolah menjadi bahan baku, aku contohkan waktu itu adalah pembuatan minyak dari kelapa secara sederhana. Minggu berikutnya aku suruh anak-anak membawa kelapa dan juga bahan makanan lainnya untuk kita praktekkan agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan mereka (berhubung di kampung banyak sekali pohon kelapa). Di hari H kita praktek, anak-anak membawa satu buah kelapa, singkong, pisang, kangkong, dan sagu. Aje gile itu mau dibikin apa hahahaha….. pagi hari aku dengan semua anak kelas 3 dan 4 mempersiapkan segala sesuatunya. Pisang dan singkong akan aku jadikan sebagai keripik, sebagian singkong aku parut dan aku bikin combro, ada juga yang akan di rebus. Kelapa kami olah menjadi kelapa, dan kangkung kita oseng saja sementara sagu hahaha itu aku bawa pulang (ingin coba mengolah sagu sendiri). Keseruan terjadi kala itu, anak-anak antusias membantu dan tak sabar ingin mencoba masakan yang dibuat. Tak lupa kelapa yang coba kami olah pun setengah berhasil menjadi minyak. Ketika seluruh olahan sudah jadi, aku mencoba membagi adil untuk seluruh anak yang hadir pada waktu itu, tak lupa juga membagi untuk guru-guru yang lain. Anak-anak semua senang sekali bisa menikmati makanan hasil olahan sendiri. Aku lekas memberitahukan kepada mereka apabila nanti bosan dengan olahan makanan yang biasa mereka masak, bisa dicoba cara memasak yang telah aku ajarkan.
Sebetulnya acara masak ini gak cuma waktu praktek anak kelas 3 dan 4, tetapi juga sempat dilakukan ketika ujian praktek anak-anak kelas 6. Waktu itu seluruh siswa kelas 6 ditugaskan untuk mengolah dan menyajikan makanan tradisional. Seluruh siswa membawa sagu dan ulat sagu dari rumah mereka. Tentu saja masakan tradisional yang mudah mereka sajikan adalah sagu bakar. Disana aku memperhatikan bagaimana mengolah sagu tersebut, pemberian bumbu, proses membungkus, pembakaran dan pada saat mereka menyajikan (kebetulan ditugasi juga untuk menilai mereka, hehhehe). Mereka semua sudah mahir dalam hal memasak makanan tradisional mereka, namun mereka belum terbiasa menyajikan makanan tersebut agar terlihat lebih menarik, sampai-sampai mereka dapat omelan dari kepala sekolah. disini keahlianku dalam hal masakan kembali diuji, aku coba memberikan ilmu kepada mereka bagaimana cara menyajikan makanan agar terlihat lebih cantic dan mampu menarik konsumen untuk mencoba makanan tersebut yah walaupun sebisanya sih heheheh. Ternyata eh ternyata, setelah aku berikan contoh, mereka juga mampu menyajikan makanan dengan lebih menarik dari segi penampilannya. Dasar anak-anak pedalaman mesti sedikit dipaksa baru mereka bisa menunjukkan kemampuannya.
Guys,,,, kegiatan lain yang sempat kami berdua laksanakan dan menjadi rutinitas adalah ektrakulikuler pramuka. Pramuka merupakan ektrakulikuler wajib untuk setiap jenjang Pendidikan. Oleh karena itu perlu disetiap sekolah melaksanakan latihan setiap minggunya.
Sebetulnya anak-anak pedalaman haruslah tidak sulit mengikuti kegiatan ini, karena keseharian mereka juga sudah hidup di alam. Hanya saja yang sulit adalah melatih kedisiplinan, belajar aturan baris berbaris dan juga dari segi materi yang tidak mereka peroleh secara otodidak.
Kami melaksanakan latihan pramuka setiap hari sabtu sore. Mulai dari kelas kecil sampai kelas besar mengikuti kegiatan ini, meskipun setiap minggunya anak-anak timbul tenggelam, maklum mereka belum terbiasa melaksanakan kegiatan ini. Aku yang mendapat tugas membina para anggota penggalang (kelas besar) mencoba memberikan apa yang aku bsia dan paham. Mulai dari latiha beris berbaris, pengetahuan seputar kepramukaan, tali temali, sandi, sampai permainan-permainan yang mengasar kemampuan dan kerjasama mereka. Ada satu yang membuat aku senang juga terharu. Waktu itu aku memberikan materi tentang treasure hunter yang aku gabungkan dengan santi kotak. Permainan ini aku bagi menjadi dua regu putra dan putri yang mana mereka harus bersaing mencari bagian-bagian sandi yang nantinya mereka susun dan memecahkan sandi tersebut menjadi suatu kalimat. Antusias mereka mengikuti persaingan tersebut menjadi keseruan sore itu bahkan mereka tidak mau mengakhiri kegiatan sebelum memecahkan sandi tersebut dan mengalahkan regu lawan. Yang membuatku terharu adalah, setiap regu terdiri dari anak-anak yang berasal dari kampung berbeda, tidak pernah bermain Bersama, saling bermusuhan, dan tidak mampu berkerjasama. Tetapi pada kegiatan treasure hunter ini,s ecara tidak sadar mereka berdiskusi satu sama lain, saling membagi tugas, berkerjasama dengan baik. Aku berfikir, andai kedua kampung ini bisa akur, maka kemajuan yang akan diperoleh darinya. Baru kali ini aku melihat mereka seperti itu, seakan tidak ada perbedaan, seakan mereka adalah satu layaknya berasal dari kampung yang sama. Aku selalu berharap semoga kerjasama pada mereka tidak hanya pada kegiatan ini, namun pada kegiatan lain dan juga pada kehidupan mereka sehari-hari.
-------
10 nopember 2016 yang merupakan hari pahlawan coba kami jadikan sebagai moment pemupukan motivasi dan peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Setelah beberapa hari sebelumnya aku, rekan sepenempatan dan guru-guru lain sempat memperbincangkan mengenai hari pahlawan yang jatuh pada hari kamis. Kami berencana kalau kegiatan olahraga yang biasa kami laksanakan pada hari jum’at digeser ke hari kamis agar kami bisa melaksanakan kegiatan peringatan hari pahlawan. Kami semua setuju dan langsung menyusun konsep kegiatannya.
Kegiatan memperingati hari pahlawan berlangsung satu hari penuh. Pelaksanaan kegiatan ini adalah kompetisi antar kelompok yang kami susun menjadi empat kelompok dengan kategori setiap anggotanya adalah heterogen. Setiap kelompok kami suguhkan permainan diantaranya bakiak, memasukan paku ke botol, memukul kendi berisi air, sampai halang rintang. Tak disangka, anak-anak begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Bagi mereka ini merupakan hal baru yang belum pernah mereka lakukan. Permainan-permainan yang mana di jawa sudah jarang dilakukan oleh anak-anak jaman sekarang justru menjadi daya tarik dan keseruan sendiri bagi anak-anak disini. Akupun seakan kembali kemasa kecil dulu dan begitu menikmati aksi-aksi dari para siswa. Tawa canda keluar begitu saja di tengah-tengah kegiatan berlangsung. Sungguh senang melihat para siswa bisa mengikuti kegiatan dengan baik, tidak seperti belajar di kelas yang selalu saja mengeluh, tapi dikegiatan seperti ini tak ada kata mengeluh tak ada kata tidak mau malah mereka menginginkan kegiatan seperti ini sering dilakukan.
----------
to be Continued ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...