Sabtu, 05 Januari 2019

Impian dari Tanah MUtiara Hitam Indonesia bag. 7 (tamat)

PERPISAHAN YANG SELALU MENYAKITKAN
Tak terasa 10 bulan sudah aku menjalani masa pengabdian, hidup di suatu tempat yang jauh dari keramaian kota, jauh dari koneksi dan jaringan komunikasi. Menjalani kehidupan di daerah 3T seakan mengembalikan kita ke kehidupan jaman tradisional bahkan hampir primitif. Awalnya memang gak menyangka, heran, dan ada ketakutan akan ketidakbetahan di tempat tersebut, istilah sundanya “ngarumas”. Tapi semakin hari, semakin dijalani, dilewati dengan penuh hal positif, akhirnya di bulan ke 10 ini rasa tak ingin meninggalkan kampung semakin hari semakin bertambah.
Kabar mengenai penjemputan kami semua dari tempat tugas memang sudah tersiar dari beberapa bulan ke belakang tetapi belum ada kepastian untuk tanggal tepatnya. Penjemputan ini hanya dari tempat tugas untuk kembali berkumpul di pusat kota Kabupaten Asmat karena untuk kembali ke kampung halaman kita tetap harus menunggu sampai akhir bulan agustus. Yahhhh... memanfaatkan waktu yang tersisa, aku nikmati hari demi hari bersama para guru, siswa, masyarakat dan juga lingkungan sekitar dengan baik karena belum tentu aku bisa kembali kesana dikemudian hari.
Seminggu sebelum hari raya Idul Fitri, kabar penjemputan dari dinas kembali terdengar, kali ini sudah disebutkan tanggal pasti kami harus kembali. Masih tidak menyangka rasanya kalau aku harus berpisah dengan orang-orang yang begitu berarti selama aku menjalani tugas di SD Inpres Sanep ini. Kepala sekolah sampai mempersiapkan acara perpisahan bagi kami berdua dengan menyuruh anak-anak untuk membawa bahan makanan yang nantinya akan kami masak bersama di acara api unggun. Acara ini akan kami selenggarakan setelah seluruh siswa mendapat laporan hasil belajar mereka. Senang rasanya di penghujung pengabdian ini, aku bisa bertemu dengan para orang tua siswa, bercengkrama juga memberitahukan bagaimana perkembangan anaknya, prestasi mereka dan juga agar seluruh keluarga mendukung anak-anaknya untuk meraih pendidikan yang layak.
Hari terakhir, kami berdua sempatkan untuk berbincang-bincang dengan seluruh siswa yang pada hari itu hadir di sekolah. Kami menjelaskan bahwa masa tugas kami telah berakhir dan hari ini atau besok kami akan di jemput oleh pihak dinas untuk kembali berkumpul bersama teman-teman kami di Agats. Awalnya suasana biasa saja, anak-anak seakan tidak mengerti apa yang kami jelaskan. Kepala sekolah pun ikut berbicara akan kepulangan kami kembali ke kampung halaman. Di susul kembali rekanku yang kembali berbicara dan ditengah-tengah pembicaraan tak terasa air matanya menangis, sontak suasana berubah menjadi haru, isak tangis anak-anak tak bisa mereka bendung lagi, mereka sadar bahwa sebentar lagi kami berdua akan berpisah dengan mereka semua. Aku yang berusaha kuat, tidak mau menangis, ingin perpisahan ini penuh dengan senyuman tak kuasa harus menguraikan air mata, sedih rasanya harus berpisah dengan anak-anak yang luar biasa, dengan para guru yang menginspirasi juga dengan kepala sekolah yang sangat berdedikasi dan suri tauladan dalam tujuanku. Tak banyak kata yang aku keluarkan karena aku tak mau terus menerus menangis. Ini bagian yang paling tidak aku suka, saat kenyamanan ini tumbuh dengan suburnya harus kembali tergerus dengan yang namanya perpisahan.
Penjemputan bagi kami berdua ternyata waktunya di percepat. Tepat setelah kami kembali ke rumah, anak-anak yang hendak pulang kembali menghampiri dan memanggil kami, mereka berteriak bahwa sudah ada speed yang hendak menjemput kami. Anak-anak masuk ke rumah melihat kami yang sedang bersiap-siap. Mereka membantu membawakan barang-barang kami dan dengan setia mengantar kepergian kami sampai dermaga tempat speedboat bersandar. Kamis empat berfoto bersama di tepi dermaga, kembali bersalaman dan berpelukan. Ketika aku melihat speedboat di depan mata, berat rasanya kaki ini melangkah, berat rasanya kaki ini untuk menaiki speedboat yang menjemput kami, hati ini masih gak menyangka bahwa hari itu juga kami harus kembali ke Agats bekumpul dengan semua rekan seperjuangan kami dan berpisah dengan para siswa, guru dan juga orang-orang yang sangat menginspirasi kami selama di kampung. Sebelum naik, kami berdua berpelukan bergantian dengan kepala sekolah hendak pamit dan saling mendo’akan agar kami semua diberikan semua kebaikan baik bagi kehidupan maupun karir kami. Aku sampai bilang jangan nangis.... jangan nangiss.... aku berusaha tegar dengan memberikan senyuman terakhir bagi orang-orang yang hadir disana. Yang paling disayangkan juga bahwa acara api unggun kami serta makan bersama harus dihadiri tanpa kami berdua karena acara tersebut baru akan dilaksanakan esok harinya. Kami berdua naik dan memulai perjalanan ke Agats di ikuti teriakan anak-anak yang akan kami rindukan.

KAMI PAMIT
Lengkap sudah satu tahun lamanya kami berada di Kabupaten Asmat. 10 bulan telah kami jalankan tugas mulia di daerah ini. Kami awali dengan tetesan keringat untuk berjuang menjadi salah satu peserta yang diembankan amanat yang sangat luar biasa berat namun besar juga pahalnya. Tetesan air mata juga telah kami keluarkan mengingat apa yang kami korbankan untuk berangkat jauh dari sanak saudara. Kini kami harus kembali ke tanah kelahiran kami meneruskan perjuangan kami di tanah sendiri. Banyak sekali pengalaman, pelajaran, serta keluarga selama kami mengabdi.
Teringat kembali bagaimana masa-masa pengabdian dulu, kegiatan pagi sampai sore, mengajar, bercengkrama dan bermain bersama. Kehidupan selama di Agats, kumpul bareng teman seperjuangan, canda tawa, perjuangan mencari sinyak internet, pergi kemanapun dengan berjalan kaki, semua menjadi kenangan yang membuatku tertawa, sedih dan tentunya bikin kangen.
Kini kami harus berpisah kembali dengan tetesan air mata, bukan hanya dengan keluarga dan siswa-siswi kami melainkan juga dengan sesama peserta SM3T Kabupaten Asmat dikarenakan kami semua memiliki kota yuang berbeda. Kami harus kembali ke kehigupan masing-masing, yang berbeda hanyalah di hati kami sudah bertambah keluarga, masa-masa yang telah kami lewati bersama akan selalu terkenang dan tetap membuat kangen semua.
Sampai jumpa Asmat. Kami kembali ke daerah kami masing-masing. Tetaplah menjadi daerah yang eksotis, daerah yang di rindu akan udaranya yang bebas polusi, keeksotisan dan keunikan budayanya, damailah selalu dan tetaplah menjadi bagian dari negara ini. Kami akan selalu rindu dengan kehidupan Asmat. Semoga kami bisa kembali berkunjung ke sini lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...