PERPISAHAN YANG SELALU MENYAKITKAN
Tak
terasa 10 bulan sudah aku menjalani masa pengabdian, hidup di suatu tempat yang
jauh dari keramaian kota, jauh dari koneksi dan jaringan komunikasi. Menjalani
kehidupan di daerah 3T seakan mengembalikan kita ke kehidupan jaman tradisional
bahkan hampir primitif. Awalnya memang gak menyangka, heran, dan ada ketakutan
akan ketidakbetahan di tempat tersebut, istilah sundanya “ngarumas”. Tapi
semakin hari, semakin dijalani, dilewati dengan penuh hal positif, akhirnya di
bulan ke 10 ini rasa tak ingin meninggalkan kampung semakin hari semakin
bertambah.
Kabar mengenai penjemputan kami semua dari
tempat tugas memang sudah tersiar dari beberapa bulan ke belakang tetapi belum
ada kepastian untuk tanggal tepatnya. Penjemputan ini hanya dari tempat tugas
untuk kembali berkumpul di pusat kota Kabupaten Asmat karena untuk kembali ke
kampung halaman kita tetap harus menunggu sampai akhir bulan agustus. Yahhhh...
memanfaatkan waktu yang tersisa, aku nikmati hari demi hari bersama para guru,
siswa, masyarakat dan juga lingkungan sekitar dengan baik karena belum tentu
aku bisa kembali kesana dikemudian hari.
Seminggu sebelum hari raya Idul Fitri,
kabar penjemputan dari dinas kembali terdengar, kali ini sudah disebutkan
tanggal pasti kami harus kembali. Masih tidak menyangka rasanya kalau aku harus
berpisah dengan orang-orang yang begitu berarti selama aku menjalani tugas di
SD Inpres Sanep ini. Kepala sekolah sampai mempersiapkan acara perpisahan bagi
kami berdua dengan menyuruh anak-anak untuk membawa bahan makanan yang nantinya
akan kami masak bersama di acara api unggun. Acara ini akan kami selenggarakan
setelah seluruh siswa mendapat laporan hasil belajar mereka. Senang rasanya di
penghujung pengabdian ini, aku bisa bertemu dengan para orang tua siswa,
bercengkrama juga memberitahukan bagaimana perkembangan anaknya, prestasi
mereka dan juga agar seluruh keluarga mendukung anak-anaknya untuk meraih
pendidikan yang layak.
Hari terakhir, kami berdua sempatkan untuk
berbincang-bincang dengan seluruh siswa yang pada hari itu hadir di sekolah.
Kami menjelaskan bahwa masa tugas kami telah berakhir dan hari ini atau besok
kami akan di jemput oleh pihak dinas untuk kembali berkumpul bersama
teman-teman kami di Agats. Awalnya suasana biasa saja, anak-anak seakan tidak
mengerti apa yang kami jelaskan. Kepala sekolah pun ikut berbicara akan
kepulangan kami kembali ke kampung halaman. Di susul kembali rekanku yang
kembali berbicara dan ditengah-tengah pembicaraan tak terasa air matanya
menangis, sontak suasana berubah menjadi haru, isak tangis anak-anak tak bisa
mereka bendung lagi, mereka sadar bahwa sebentar lagi kami berdua akan berpisah
dengan mereka semua. Aku yang berusaha kuat, tidak mau menangis, ingin
perpisahan ini penuh dengan senyuman tak kuasa harus menguraikan air mata,
sedih rasanya harus berpisah dengan anak-anak yang luar biasa, dengan para guru
yang menginspirasi juga dengan kepala sekolah yang sangat berdedikasi dan suri
tauladan dalam tujuanku. Tak banyak kata yang aku keluarkan karena aku tak mau
terus menerus menangis. Ini bagian yang paling tidak aku suka, saat kenyamanan
ini tumbuh dengan suburnya harus kembali tergerus dengan yang namanya
perpisahan.
Penjemputan bagi kami berdua ternyata
waktunya di percepat. Tepat setelah kami kembali ke rumah, anak-anak yang
hendak pulang kembali menghampiri dan memanggil kami, mereka berteriak bahwa
sudah ada speed yang hendak menjemput kami. Anak-anak masuk ke rumah melihat
kami yang sedang bersiap-siap. Mereka membantu membawakan barang-barang kami
dan dengan setia mengantar kepergian kami sampai dermaga tempat speedboat
bersandar. Kamis empat berfoto bersama di tepi dermaga, kembali bersalaman dan
berpelukan. Ketika aku melihat speedboat di depan mata, berat rasanya kaki ini
melangkah, berat rasanya kaki ini untuk menaiki speedboat yang menjemput kami,
hati ini masih gak menyangka bahwa hari itu juga kami harus kembali ke Agats
bekumpul dengan semua rekan seperjuangan kami dan berpisah dengan para siswa,
guru dan juga orang-orang yang sangat menginspirasi kami selama di kampung.
Sebelum naik, kami berdua berpelukan bergantian dengan kepala sekolah hendak
pamit dan saling mendo’akan agar kami semua diberikan semua kebaikan baik bagi
kehidupan maupun karir kami. Aku sampai bilang jangan nangis.... jangan
nangiss.... aku berusaha tegar dengan memberikan senyuman terakhir bagi
orang-orang yang hadir disana. Yang paling disayangkan juga bahwa acara api
unggun kami serta makan bersama harus dihadiri tanpa kami berdua karena acara
tersebut baru akan dilaksanakan esok harinya. Kami berdua naik dan memulai
perjalanan ke Agats di ikuti teriakan anak-anak yang akan kami rindukan.
KAMI PAMIT
Lengkap sudah satu tahun lamanya kami
berada di Kabupaten Asmat. 10 bulan telah kami jalankan tugas mulia di daerah
ini. Kami awali dengan tetesan keringat untuk berjuang menjadi salah satu
peserta yang diembankan amanat yang sangat luar biasa berat namun besar juga
pahalnya. Tetesan air mata juga telah kami keluarkan mengingat apa yang kami
korbankan untuk berangkat jauh dari sanak saudara. Kini kami harus kembali ke
tanah kelahiran kami meneruskan perjuangan kami di tanah sendiri. Banyak sekali
pengalaman, pelajaran, serta keluarga selama kami mengabdi.
Teringat kembali bagaimana masa-masa
pengabdian dulu, kegiatan pagi sampai sore, mengajar, bercengkrama dan bermain
bersama. Kehidupan selama di Agats, kumpul bareng teman seperjuangan, canda
tawa, perjuangan mencari sinyak internet, pergi kemanapun dengan berjalan kaki,
semua menjadi kenangan yang membuatku tertawa, sedih dan tentunya bikin kangen.
Kini kami harus berpisah kembali dengan
tetesan air mata, bukan hanya dengan keluarga dan siswa-siswi kami melainkan
juga dengan sesama peserta SM3T Kabupaten Asmat dikarenakan kami semua memiliki
kota yuang berbeda. Kami harus kembali ke kehigupan masing-masing, yang berbeda
hanyalah di hati kami sudah bertambah keluarga, masa-masa yang telah kami
lewati bersama akan selalu terkenang dan tetap membuat kangen semua.
Sampai jumpa Asmat. Kami kembali ke daerah
kami masing-masing. Tetaplah menjadi daerah yang eksotis, daerah yang di rindu
akan udaranya yang bebas polusi, keeksotisan dan keunikan budayanya, damailah
selalu dan tetaplah menjadi bagian dari negara ini. Kami akan selalu rindu
dengan kehidupan Asmat. Semoga kami bisa kembali berkunjung ke sini lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar