Sabtu, 05 Januari 2019

Impian dari Tanah Mutiara Hitam Indonesia bag. 4

WELCOME TO THE JOURNEY
09.30 WIT, nah loh koq jadi WIT? Kan biasanya WIB. Guys,,,, harus diketahui bahwa Papua termasuk ke zona waktu Indonesia Timur, jadi jangan lupa itu jam dipercepat 2 jam ya, kalo nggak nanti kita salah buat jadwal solat lagi. Bila di Bandung sana pukul 06.00 WIB, nah berarti di Papua sini sudah pukul 08.00 WIT (waktunya lebih cepat). So,,, bias dibilang kami tiba ssekitar pukul 07.30 WIB (kalau menurut waktu di Bandung).
Oke back to the adventure.
Jadi sekitar pukul 09.30 WIT kami tiba di Bandara Mozes Kilangin, Timika. Brohhhh… kalian tahu nggak ni bandara??? Dari atas kita lihat ke bawah udah parno aja, dimana landasannya, mana perkotaannya, yang terlihat hanya sungai-sungai berwarna coklat dengan hijaunya daun. Kaget sumpah, ini kita bakal turun di bandara atau di hutan. Pas landing, euh ini jantung di bikin kaget lagi, asli aku kaget lihat bandaranya sampe dalam hati berbisik “ini bandara atau apa ya (gak tahu pantesnya disebut apa) sekitarnya saja masih banyak tumbuhan, padahal tertulis disana bahwa bandara ini adalah bandara internasional. Hellloooowwww dari sini aja udah kerasa beda banget dengan Jawa apalagi nanti di Asmat, padahal Timika termasuk kota loh.
Hotel Asmat Bersinar, disini kami sejenak beristirahat, mandi, dan makan siang sambil menunggu keberangkatan menuju Kabupaten Asmat. Menunggu apalagi???? Ya menunggu kendaraannya lah. Loh emang belum dipersiapkan?? Mana bisa dipersiapkan, itu kendaraan datang sesuai jadwal. Kendaraan apa memang? Noh kapal laut… Nah guys setelah ini kami semua akan menaiki kapal laut karena perjalanan berikutnya adalah melalui lautan. Nah loh kalian lihat deh di peta, Timika dan Asmat masih satu daratankan? Terus kenapa harus lewat laut? Ya alasannya Karena memang tidak ada jalur darat, tidak ada kendaraan darat yang mengantar kita sampai Kabupaten Asmat.
07.00 WIT kami semua berada di pelabuhan. Untuk apa? Ya untuk naik kapal lah,… disana sudah bersandar kapal besar dengan bertuliskan KM Leuseur. Yappp, itulah nama kapal yang akan membawa kami menuju kota sejuta papan. Nah ini juga kali pertama aku naik kendaraan laut dan mengarungi laut lepas. Ishhhh nambah lagi nih pengalaman baru, nambah lagi ceritanya, belum juga sampe lokasi udah banyak aja ceritanya. Guys,,, kalian pasti kaget dan was-was saat menaiki kapal, bagaimana tidak coba. Para penumpang semua berebut ingin naik terlebih dahulu, pemandangan orang-orang yang saling berdesakan terlihat bak piranha yang berebut mangsa, nggak ada yang namanya tertib dan antri. Parahnya lagi banyak yang saling nyolot, ngotot ingin segera naik, padahal kan kalo tertib semua bisa lebih cepat. Yah mau nggak mau kami semua harus ikut berdesak-desakan seperti itu, berdempet-dempet, mencium segala aroma, dan kalo sial sih kena hantam tubuh orang atau barang bawaan yang dibawa (ngerasain juga perjuangan para pemudik kalo menjelang hari raya hhahhahah). Belum lagi kondisi dek kapal buset dah kotor banget, berbagai aroma tercium disana sini (kalo yang gak kuat kayaknya langsung muntah) dan bau tersebut nempel loh di baju, toiletnya apalagi, aje gileeee bekas yang buang hajat euhhhh nggak banget, makanya selama di kapal aku berusaha untuk tidak ke toilet, malesss gilaaaa.
Kurang lebih 12 jam kami mengambang di lautan. Akhirnya tiba juga nih di Kabupaten Asmat. Subuh-subuh suasana sudah ramai, kembali kami disuguhkan dengan keramaian orang-orang yang saling berdesakan ingin segera turun dan segera naik. Tak kira pemandangannya berbeda dari pelabuhan Timika, ternyata disni lebih parah.
Guys inilah tempat kami akan mengabdi, Kabupaten Asmat. Jangan kaget dan syock ya kalau kalian datang kesini. Turun dari kapal, nyalain hp, oh no!!! sinyal edge dan super loading, sejauh mata memandang tak ada kendaraan yang menjemput, yang ada hanya gerobak itu juga untuk membawa barang-barang kita. Lantas kita begimana? Yupzzz mulai dari sini kita naik sepatu alias jalan kaki. Oke tak apa udah biasa juga kan jalan kaki, waktu prakondisi outdoor juga kita latihan jalan jauh. Tapi ternyata eh ternyata jarak dari pelabuhan ke tempat kita tinggal alias posko SM-3T jauh banget, tepos-tepos nih kaki. Tapi ada hal unik sih selama diperjalanan, banyak motor lalu lalang tapi koq suaranya gak ada, aku pikir itu motor habis bensin kah apa? Tapi mereka tumpangi bahkan membonceng. Selidik punya selidik ternyata itu motor bukan motor seperti kebanyakan di Jawa sana, itu motor akinya diisi daya dari listrik brohhhh atau mereka sebut juga sepeda listrik. Pantes itu motor gak ada suaranya tapi bisa dipake sama orang-orang disana. Ternyata sedikit maju juga ya di Asmat, kendaraanya ramah lingkungan tidak menyebabkan polusi udara juga polusi suara. Motor sejenis ninja aja disini ramah lingkungan banget bahkan yah jalannya gak bisa lari kenceng hahahaha.
Hari pertama di Agats kami mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jauh berbeda memang dengan tempat tinggalku di Jawa. Tak pernah terbayangkan akan mendatangi lokasi yang sebetulnya mash sangt sulit dibayangkan sebelumnya. Hidup di atas papan, hanya memanfaatkan air hujan, lingkungan yang tidak terlalu bersih dengan tingkat penyakit malaria yang cukup tinggi. Masyarakat yang belum pernah ditemui sebelumnya bahkan sulit membedakan mana perempuan dan mana laki-laki juga sulit menaksir umur dari masyarakat pribumi yang ada disini. Tetapi sekarang Kabupaten Asmat juga telah banyak dihuni oleh para pendatang dari berbagai daerah salah satunya dari jawa. Aku masih terheran-heran masih tak menyangka, begitu pula dengan teman-temanku yang lain, terlihat saat kami mengobrol kesana-kemari selalu saja obrolan mengenai lingkungan sekitar kami terselip menjadi perbincangan. Oh iya disini bagi kita yang pemula harus hati-hati loh kalo jalan salah-salah nanti nginjek papan yang udah lapuk eh malah terperosok kan malu hahahah, udah banyak teman-teman ku yang jadi korban selama disini. Kalo aku? Pernah tapi gak sampai tersperosok juga.
---------
Acara penyerahan sekaligus pengumuman lokasi sekolah tempat mengajar, dilaksanakan keesokan harinya. Hadir disana perwakilan dari dinas pendidikan yang akan menerima kami sebagai tenaga pengajar. Acara diawali dengan sambutan dari beberapa pihak terkait dilanjutkan penyerahan kepada pemerintah daerah melalui dinas pendidikan dan diakhiri dengan pengumuman lokasi sekolah. Masing-masing dari kami akan ditempatkan 2 orang dalam satu sekolah SD atau SMP. Aku sendiri ditempatkan bersama rekan dari prodi PGSD di Sekolah Dasar Inpres Basim, Distrik Fayit. Wawwww ngajar anak SD, dan pasti semua mata pelajaran juga jadi wali kelas gak kebayang sebelumnya, apa aku bisa, apa aku mampu sementara latar belakangnya aja dari prodi pendidikan matematika yang notaben hanya mengampu satu mata pelajaran. Yah Laahaulaa,,, Bismillah aja aku pasti mampu memberikan yang terbaik bagi mereka nanti. Setelah pengumuman lokasi sekolah, kami menyempatkan untuk ramah tamah baik dengan sesame rekan SM-3T maupun dengan pihak kedinasan agar kami bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain.
Pemberangkatan ke setiap penempatan tidak dilaksanakan pada keesokan harinya dikarenakan pada hari senin merupakan perayaan Idul Adha sehingga kami meminta kepada pihak dinas untuk bisa berlebaran dahulu di kota kabupaten baru setelah itu kami diberangkatkan ke setiap lokasi masing-masing, dan dengan kebaikannya kami diberikan izin untuk bisa berlebaran di Agats.
Selasa, 13 September 2016, lokasi penempatan yang dekat dekat pusat kabupaten akan diberangkatkan pada hari ini seperti penempatan untuk distrik sawaerma dan akat. Sekitar 18 orang teman kami berangkat pada hari ini dengan menaiki speedboat dan ditemani oleh bapak/ibu pihak dari dinas. Kami yang penempatan cukup jauh dari pusat distrik akan diberangkatkan pada esok harinya. Jadi hari ini kami hanya mengantar keberangkatn teman kami ke lokasi sambil memberikan semangat dan do’a agar mereka melaksanakan pengabdian dengan baik dan selalu dalam keadaan yang sehat.
Sore hari ketika kami sedang beristirahat, kami mendapat kabar dari dinas bahwa Bapak Bupati yang baru datang dari Jayapura meminta kami untuk berkunjung ke kediaman beliau malam selepas maghrib pada hari rabu untuk sedikit berbincang-bincang sebelum dibrangkatkan ke lokasi. Secara otomatis keberangkatan kami ke lokasi masing-masing harus ditunda karena kami harus menghadiri undangan dari bupati Kabupaten Asmat.
Rabu petang, aku dan beberapa teman melaksanakan sembahyang di mesjid jami An-Nur, rencananya setelah dari sana kami akan pergi ke rumah Pak Robert untuk sama-sama berangkat ke kediaman bupati sementara teman-teman yang lain akan menyusul dari posko.di tengan perjalanan kami bertemu dengan Pak Robert, maka kami langsung menuju kediaman rumah Pak Bupati karena kebetulan teman-teman yang lain juga sudah berkumpul. Tidak terlalu jauh memang dari mesjid, hanya beberapa belokan saja kami sampai di kediaman yang cukup bersih, rapi dan mewah. Mungkin itu rumah dinas atau memang rumah pribadi akuun tak tahu karena didalamnya ada meja yang biasa digunakan untuk pertemuan atau rapat kenegaraan. Terlebih disana ada AC. Beruntung aku masuk di awal jadi bisa memilik tempat duduk yang langsung berdekatan dengan AC. Suhu di Agats panas sekali, aku yang terbiasa di daerah dingin tak kuat dengan panasnya suhu disana, maka dari itu mumpung ada AC aku manfaatkan dengan mencari posisi yang nyaman. Lumayan untuk pendingin tubuh pada malam itu.
Di kediaman Pak Bupati kami disambut dengan baik. Acara pada malam itu adalah ramah tamah dari pihak pemerintahan, pemberian arahan serta wejangan, harapan yang diinginkan pemerintah setempat dari keterlaksanaan kegiatan SM-3T, terakhir adalah pengecekan penempatan bagi setiap guru SM-3T. Ada beberapa penempatan yang di pindahkan oleh bupati secara langsung dikarenakan dirasa daerah tersebut sudah memiliki banyak guru dan mungkin daerahnya sedikit kurang untuk diberikan penempatan guru SM-3T. Aku dan temanku pun menjadi salah satu penempatan yang kemudian harus dipindah dengan beberapa alasan khusus. Aku dan rekan sepenempatan yang semula di tempatkan di SD Inpres Basim distrik Fayit harus dipindah ke SD Inpres Sanep yang bertempat di Distrik Pantai Kasuari. Padahal sebelumnya kami telah bertemu dengan kepala sekolah SD Inpres Basim, berbagai obrolan dan rencana kami tinggal sudah diutarakan terlebih dalam satu penempatan kami mendapat teman yang mendapat tugas di SMP Negeri Fayit, jadi cukup ramai. Tapi berhubung bupati meminta untuk pemindahan tempat, akhirnya kami berdua mengikuti dan segera konfirmasi kepada kepala sekolah SD Inpres Basim mengenai perpindahan kami atas keputusan dari pihak pemerintah. Setelah semua acara clear, dan untuk penempatan tidak ada yang dipermasalahkan lagi kami diundang untuk menyantap hidangan makan malam yang telah disediakan oleh yang punya acara. Terakhir kami menyempatkan foto bersama dan tak lupa kami juga foto pribadi dengan pak bupati.
Hari semakin larut, kami pun pamit untuk segera kembali ke posko dan beristirahat karena besok pagi adalah jadwal keberangkatan kami menuju lokasi masing-masing. Teringat aku belum menunaikan ibadah sholat isya, bersama beberapa rekan kami mampir dulu ke mesjid untuk menunaikan ibadah ditambah pada waktu itu hujan sudah mulai turun. Di dalam mesjid tepatnya tempat anak-anak mengaji kami sedikit kaget dan heran ada seseorang yang kami kira sedanng tertidur tetapi tidurnya telentang dan seluruh bagian tubuhnya sampai kepala ditutup kain. Kami tunaikan sholat secara berjamaah kemudian pada saat kami akan pulang, kami dihampiri oleh orang yang menginap dimesjid dimintai untuk membacakan yaasin mendo’akan jenazah yang ada di tempat anak-anak mengaji. Ternyata orang yang sedang tidur tadi bukanlah orang yang tidur melainkan jenazah seorang laki-laki yang berasal dari Distrik Suru-Suru. Kami kaget karena di kampung apabila ada orang yang meninggal pasti ramai orang-orang membacakan surat Yaasiin, tetapi pada saat kami masuk keadaan sepi saja tidak menandakan ada orang yang meninggal. Maka dari itu sebelum pulang kami menyempatkankan mmbaca surat Yaasiin berjamaah dan mendo’akan almarhum agar tenang dan diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT. Aku jadi membayangkan apabila aku meninggal dilokasi yang minoritas muslim, jauh dari keluarga apakah akan ada orang yang mau mengurusi dari mulai memandikan sampai menguburkan. Selesai memberikan do’a kami pamit pulang kepada penajga mesjid disana karena kami harus beristirahat untuk kegiatan kami besok hari.
Kamis, 15 September 2016. Pagi hari sekali kami sudah bersiap-siap, semua perlengkapan pribadi aku check jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah sarapan kami menunggu arahan untuk pergi ke pelabuhan. Gerobak pengangkut barang-barang sudah mulai berdatangan siap mengantar kami menuju kendaraan yang telah disiapkan. Barang-barang digabung berdasarkan lokasi distrik agar mudah untuk mengkordinir. Untuk distrik Pantai Kasuari sendiri total ada 8 orang guru SM-3T yang mana selain kami berdua ada juga 4 orang yang ditempatkan di SMP Negeri 1 Pantai Kasuari dan 2 orang di SD Inpres Saramit. Berikut 2 orang yang ditempatkan di SD Inpres Yankap Distrik Der Koumur, karena lokasi yang berdekatan jadi tergabung dengan distrik Pantai Kasuari. Di pelabuhan, satu persatu kami dipanggil sesuai nama sekolah untuk menaiki speedboat yang memang sudah dibagi-bagi untuk tugas mengantar dan didampingi satu orang dari pihak dinas. Kopay, Safan, Suator, kolf Braza, Fayit satu persatu mereka yang ditempatkan disana berangkat, hingga terakhir kami distrik Pantai Kasuari dan Der Koumur masih harus menunggu kedatang speed yang mengantar kami. Lengkap dari kemarin kami menyaksikan keberangkatn teman-teman kami, sementara kami tidak ada teman yang menyaksikan keberangkatn kami.
Perjalanan kami lewati dengan melintasi laut, gelombang pada saat itu menurutku lumayan membuat adrenalin ini naik. Khawatir memang, sehingga selama diperjalanan aku terus membaca do’a di dalam hati agar diberikan keselamatan sampai di lokasi nanti, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama berada di tengah lautan. Ku abadikan pesona tenagh laut pada siang agar tidak mabuk laut dan agar pikiran bisa sedikit tenang. Ku lihat teman disampingku tidur dangan enaknya, sementara dua teman lain dibelakang tidur-tidur melek. Kalau aku, mana bisa tidur, aku ingin menikmati indahnya pemandangan tengah laut walaupun hati tetap merasa khawatir takut akan kecelakaan, tambah kami semua tidak ada mempersiapkan pelampung. Pemandangan siang hari itu memang cukup indah, langit biru di hiasi putihnya awan, sejauh mata memandang hanya langit yang bertemu dengan air laut saja yang bisa dilihat, di kiri terlihat dataran tanah papua memanjang seaakan mengikut kemana kami pergi. Kurang lebih 5 jam perjalanan kami lewati dan alhamdulillah kami bisa sampai di lokasi tempat kami mengabdi dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Kami berdua turun sementara dua teman kami masih harus lanjut ke lokasi mereka.
Kami berdua disambut oleh anak-anak pedalaman yang sejak dari pelabuhan mereka sudah melihat kedatangan kami dan berjalan mengikuti arah speed. Ada dua orang guru yang menyambut kami disana, yang pertama adalah Pak Alfius (41) seorang guru honorer dari Bima, Nusa Tenggara yang sudah mengabdikan dirinya dari tahun 2013. Kemudian ada Bu Zita Fransiska Fouk atau lebih sering disapa Bu Zita (28) yang merupakan istri dari Pak Alfius yang sama-sama mengajar disana. Selain itu, ada Abner Giovani Nikan (5) sering dipanggi Abner atau Agio yang merupakan anak dari Pak Alfius dan Bu Zita. Mereka merupakan keluarga baru ku dan juga sama-sama pendatang. Selama masa pengabdian ini sering sekali aku merepotkan mereka. Anak-anak yang tadi mengikuti juga masih stay di depan rumah yang tak lama kami ketahui adalah rumah bapak kepala sekolah. Mereka masih penasaran kedatangan dua orang asing, seakan mendapat tontonan baru mereka terus memperhatikan kami berdua. Jujur aku tidak bisa membedakan mereka itu laki-laki atau perempuan. Terlebih ada satu yang kurasa dia memiliki keterbelakangan mental yang selalu cari perhatian. Pak Alfius bilang dia bernama Joni, dan memang sedikit keterbelakangan mental karena dulu sempat terjadi kecelakaan, padahal sebelumnya kondisi dia seperti anak yang normal pada umumnya. Kami berbincang-bincang terkait maksud dan tujuan kami datang ke sekolah dan darimana kami berasal. Pak alfius juga bilang dulu sempat ada guru SM-3T seperti kami yang ditempatkan disini tetapi pada waktu itu bapak kepala sekolah masih di Agats, pak Alfius dan Bu Zita juga sedang turun ke Agats dan kebetulan salah satu guru PNS disini juga sedang ke Jayapura sehingga guru SM-3T yang ditempatkan disni dipindah ke YPPGI Kamur. Mereka dua orang perempuan yang berasal dari Medan. Perbincangan kami tunda dulu, kami memohon ijin untuk melaksanakan sholat ashar. Aku bersyukur karena datang ke daerah yang terdapat pendatangnya, meskipun berbeda keyakinan tetapi mereka menghormati kami dan menerima kami dengan baik. Keramah tamahan mereka sedikit mengobati kekecewaan karena lokasi kami dipindahkan menjadi ke perkampungan bukan di pusat distrik. Perlu diketahui dari berangkat sampai tiba di lokasi HP sudah tak bisa dipakai lagi untuk berkomunikasi, tidak ada sinyal dan juga tidak ada listrik yang setiap hari menyala. Oh iya guys,,,,, kepala sekolah kebetulan waktu itu tidak ada di kampung. Beliau sedang menyelesaikan kuliah S1 nya di Agats dan kembali ke kampung sekitar bulan November Bersama satu guru honor baru.
Malam hari kami disuguhi makanan untuk kami makan malam bersama, walau sederhana tetapi rasanya begitu nikmat. Kami melanjutkan perbincangan kami setelah selesai makan malam. Pak Alfius banyak bercerita bagaimana kondisi di sekolah, ketersediaan ruangan, guru dan banyaknya murid yang bersekolah. Selain itu, beliau juga bercerita bagaimana kondisi lingkungan sekitar, masyarakat, sosial budaya, ekonomi dan ketersediaan air. Pada saat kam berbincang-bincang, kami kedatangan kepala kampung Bawor bernama Obet Kamur, beliau sengaja datang untuk menemui kami berdua. Kami memperkenalkan diri dan beliau menyambut kami dengan baik. Beliau menyangka kami berasal dari Medan, begitu juga Pak Alfius dan Bu Zita. Kami konfirmasi bahwa untuk SM-3T tahun yang penempatan Asmat berasal dari Kota Bandung. Beliau berharap semoga kami kerasan tinggal disini menghadapi anak-anak di sekolah nanti.
----
Keesokan harinya, aku mulai mengobservasi setiap sudut sekolah. Bangunan dari kayu yang terdiri dari 4 ruang kelas, satu ruang guru dan satu ruang blong (tempat penampungan air). Fasilitas di sekolah tersebut cukup memadai, buku-buku perlajaran tersedia untuk setiap kelasnya, fasilitas untuk olahraga juga cukup lengkap mulai dari perlengkapan bola voli, kasti, sepak bola, bulutangkis sampai tenis meja juga ada, alat peraga dan media pembelajaranpun tersedia. Wah beruntung banget deh di tempatkan di sekolah ini, kita bisa memanfaatkan fasilitas yang sudah tersedia sebagai bahan pembelajaran. Kekurangan disini hanyalah kurangnya ruangan dan juga toilet sekolah (selama kami mengabdi, kepala sekolah sudah mulai membangun toilet untuk sekolah).
Tenaga pendidik disini seluruhnya ada 7 orang termasuk kepala sekolah dan ada satu orang penjaga sekolah. oh iya lupa memperkenalkan siapa aja nih yang tergabung dalam keluarga besar SD Inpres Sanep. Kepala sekolah SD Inpres Sanep yakni Bapak Alexander Jakobus Jamlean yang merupakan pendatang  dari Ambon, Maluku dan telah mengabdian diri dari tahun 1993 sejak beliau masih bujang dan sejak jabatannya masih sebagai seorang guru. Kebetulan beliau masih ada di Agats sehingga kami baru bisa bertemu dan berkolaborasi dalam Pendidikan terhitung mulai bulan November. Satu orang guru PNS yang mengajar di kelas 6 adalah Pak Charles G. F. Borlak (29), lelaki keturunan Key yang lahir di Asmat. Kami baru bertemu dan berkenalan keesokan harinya di sekolah dan beliau tinggal di belakang rumah yang kami tempati. Ada Pak Alfius dan Bu Zita yang sudah aku kenalkan di awal tadi. Kemudian ada Pak Kanisius Sanggu (32) yang merupakan guru honorer berasal dari Flores, Nusa Tenggara. Aku juga baru bertemu beliau pada bulan November karena pada waktu itu beliau juga sedang Bersama pak kepala di Agats. Terakhir ada Pak Simson Sinim Kokir yang merupakan penjaga sekolah. beliau merupakan putra Papua yang tinggal di distrik Der Koumur. Apabila tambah kami berdua, maka tenaga pendidik disana lengkap, satu guru menjadi wali untuk satu kelas.
Aku juga masuk keruangan kelas untuk memperkenalkan diri kepada seluruh siswa yang pada saat itu hadir. Aku menyusuri setiap sudut dalam ruangan, melihat satu persatu siswa-siswi yang berada di kelas tersebut dan alhasil penulis tak bisa membedakan satu sama lain, mereka semua terlihat sama di mataku. Ketika kami mulai menyebutkan nama kami, tiba-tiba mereka semua tertawa, kami tak mengerti mengapa mereka semua tertawa saat kami memperkenalkan diri. Kami ajak berbicara semua diam, tetapi saat kami memperkenalkan diri mereka semua tertawa. Ada-ada saja memang mereka ini.
Kegiatan pada hari pertama kami hanyalah perkenalan dikarenakan setelah itu anak-anak disuruh untuk kerja bakti membersihkan rumah kosong yang ada di sebelah kanan sekolah. Rumah tersebut rencanya untuk tempat tinggal kami berdua nanti dikarenakan kami tidak bisa tinggal bersama di rumah Bapak Kepala Sekolah. Anak-anak pulang sekolah dan mengambil parang untuk membabat rumput yang cukup tinggi. Sementara anak perempuan membantu membersihkan isi rumah. Rumah kosong tersebut kondisinya cukup rusak, kaca pecah pintu ada seikit kerusakan dan langit-langit rumah beberapa ada yang rusak. Katanya rumah tersebut sudah lama kosong dan warga disana merusak rumah tersebut karena rumah tersebut terbuat dari kayu pemali yang membawa sial bagi orang yang tinggal di dalamnya. Ada-ada saja memang kepercayaan mereka.
----
to be Continued ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...