WELCOME TO THE
JOURNEY
09.30
WIT, nah loh koq jadi WIT? Kan biasanya WIB. Guys,,,, harus diketahui bahwa
Papua termasuk ke zona waktu Indonesia Timur, jadi jangan lupa itu jam
dipercepat 2 jam ya, kalo nggak nanti kita salah buat jadwal solat lagi. Bila
di Bandung sana pukul 06.00 WIB, nah berarti di Papua sini sudah pukul 08.00
WIT (waktunya lebih cepat). So,,, bias dibilang kami tiba ssekitar pukul 07.30
WIB (kalau menurut waktu di Bandung).
Oke back to the adventure.
Jadi
sekitar pukul 09.30 WIT kami tiba di Bandara Mozes Kilangin, Timika. Brohhhh…
kalian tahu nggak ni bandara??? Dari atas kita lihat ke bawah udah parno aja,
dimana landasannya, mana perkotaannya, yang terlihat hanya sungai-sungai
berwarna coklat dengan hijaunya daun. Kaget sumpah, ini kita bakal turun di
bandara atau di hutan. Pas landing, euh ini jantung di bikin kaget lagi, asli
aku kaget lihat bandaranya sampe dalam hati berbisik “ini bandara atau apa ya
(gak tahu pantesnya disebut apa) sekitarnya saja masih banyak tumbuhan, padahal
tertulis disana bahwa bandara ini adalah bandara internasional. Hellloooowwww
dari sini aja udah kerasa beda banget dengan Jawa apalagi nanti di Asmat,
padahal Timika termasuk kota loh.
Hotel
Asmat Bersinar, disini kami sejenak beristirahat, mandi, dan makan siang sambil
menunggu keberangkatan menuju Kabupaten Asmat. Menunggu apalagi???? Ya menunggu
kendaraannya lah. Loh emang belum dipersiapkan?? Mana bisa dipersiapkan, itu
kendaraan datang sesuai jadwal. Kendaraan apa memang? Noh kapal laut… Nah guys
setelah ini kami semua akan menaiki kapal laut karena perjalanan berikutnya
adalah melalui lautan. Nah loh kalian lihat deh di peta, Timika dan Asmat masih
satu daratankan? Terus kenapa harus lewat laut? Ya alasannya Karena memang
tidak ada jalur darat, tidak ada kendaraan darat yang mengantar kita sampai
Kabupaten Asmat.
07.00
WIT kami semua berada di pelabuhan. Untuk apa? Ya untuk naik kapal lah,… disana
sudah bersandar kapal besar dengan bertuliskan KM Leuseur. Yappp, itulah nama
kapal yang akan membawa kami menuju kota sejuta papan. Nah ini juga kali
pertama aku naik kendaraan laut dan mengarungi laut lepas. Ishhhh nambah lagi
nih pengalaman baru, nambah lagi ceritanya, belum juga sampe lokasi udah banyak
aja ceritanya. Guys,,, kalian pasti kaget dan was-was saat menaiki kapal,
bagaimana tidak coba. Para penumpang semua berebut ingin naik terlebih dahulu,
pemandangan orang-orang yang saling berdesakan terlihat bak piranha yang
berebut mangsa, nggak ada yang namanya tertib dan antri. Parahnya lagi banyak
yang saling nyolot, ngotot ingin segera naik, padahal kan kalo tertib semua
bisa lebih cepat. Yah mau nggak mau kami semua harus ikut berdesak-desakan
seperti itu, berdempet-dempet, mencium segala aroma, dan kalo sial sih kena
hantam tubuh orang atau barang bawaan yang dibawa (ngerasain juga perjuangan
para pemudik kalo menjelang hari raya hhahhahah). Belum lagi kondisi dek kapal
buset dah kotor banget, berbagai aroma tercium disana sini (kalo yang gak kuat
kayaknya langsung muntah) dan bau tersebut nempel loh di baju, toiletnya
apalagi, aje gileeee bekas yang buang hajat euhhhh nggak banget, makanya selama
di kapal aku berusaha untuk tidak ke toilet, malesss gilaaaa.
Kurang
lebih 12 jam kami mengambang di lautan. Akhirnya tiba juga nih di Kabupaten
Asmat. Subuh-subuh suasana sudah
ramai, kembali kami disuguhkan dengan keramaian orang-orang yang saling
berdesakan ingin segera turun dan segera naik. Tak kira pemandangannya berbeda
dari pelabuhan Timika, ternyata disni lebih parah.
Guys
inilah tempat kami akan mengabdi, Kabupaten Asmat. Jangan kaget dan syock ya
kalau kalian datang kesini. Turun dari kapal, nyalain hp, oh no!!! sinyal edge
dan super loading, sejauh mata
memandang tak ada kendaraan yang menjemput, yang ada hanya gerobak itu juga
untuk membawa barang-barang kita. Lantas kita begimana? Yupzzz mulai dari sini
kita naik sepatu alias jalan kaki. Oke tak apa udah biasa juga kan jalan kaki,
waktu prakondisi outdoor juga kita latihan
jalan jauh. Tapi ternyata eh ternyata jarak dari pelabuhan ke tempat kita
tinggal alias posko SM-3T jauh banget, tepos-tepos nih kaki. Tapi ada hal unik
sih selama diperjalanan, banyak motor lalu lalang tapi koq suaranya gak ada,
aku pikir itu motor habis bensin kah apa? Tapi mereka tumpangi bahkan
membonceng. Selidik punya selidik ternyata itu motor bukan motor seperti
kebanyakan di Jawa sana, itu motor akinya diisi daya dari listrik brohhhh atau
mereka sebut juga sepeda listrik. Pantes itu motor gak ada suaranya tapi bisa
dipake sama orang-orang disana. Ternyata sedikit maju juga ya di Asmat,
kendaraanya ramah lingkungan tidak menyebabkan polusi udara juga polusi suara.
Motor sejenis ninja aja disini ramah lingkungan banget bahkan yah jalannya gak
bisa lari kenceng hahahaha.
Hari pertama di Agats kami mencoba untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jauh berbeda memang dengan tempat
tinggalku di Jawa. Tak pernah terbayangkan akan mendatangi lokasi yang
sebetulnya mash sangt sulit dibayangkan sebelumnya. Hidup di atas papan, hanya
memanfaatkan air hujan, lingkungan yang tidak terlalu bersih dengan tingkat
penyakit malaria yang cukup tinggi. Masyarakat yang belum pernah ditemui
sebelumnya bahkan sulit membedakan mana perempuan dan mana laki-laki juga sulit
menaksir umur dari masyarakat pribumi yang ada disini. Tetapi sekarang
Kabupaten Asmat juga telah banyak dihuni oleh para pendatang dari berbagai
daerah salah satunya dari jawa. Aku masih terheran-heran masih tak menyangka,
begitu pula dengan teman-temanku yang lain, terlihat saat kami mengobrol kesana-kemari selalu saja obrolan mengenai lingkungan
sekitar kami terselip menjadi perbincangan. Oh iya disini bagi kita yang
pemula harus hati-hati loh kalo jalan salah-salah nanti nginjek papan yang udah
lapuk eh malah terperosok kan malu hahahah, udah banyak teman-teman ku yang
jadi korban selama disini. Kalo aku? Pernah tapi gak sampai tersperosok juga.
---------
Acara
penyerahan sekaligus pengumuman lokasi sekolah tempat mengajar, dilaksanakan
keesokan harinya. Hadir disana perwakilan dari dinas pendidikan yang akan
menerima kami sebagai tenaga pengajar. Acara diawali dengan sambutan dari
beberapa pihak terkait dilanjutkan penyerahan kepada pemerintah daerah melalui
dinas pendidikan dan diakhiri dengan pengumuman lokasi sekolah. Masing-masing
dari kami akan ditempatkan 2 orang dalam satu sekolah SD atau SMP. Aku sendiri
ditempatkan bersama rekan dari prodi PGSD di Sekolah Dasar Inpres Basim,
Distrik Fayit. Wawwww ngajar anak SD, dan pasti semua mata pelajaran juga jadi
wali kelas gak kebayang sebelumnya, apa aku bisa, apa aku mampu sementara latar
belakangnya aja dari prodi pendidikan matematika yang notaben hanya mengampu
satu mata pelajaran. Yah Laahaulaa,,, Bismillah aja aku pasti mampu memberikan
yang terbaik bagi mereka nanti. Setelah pengumuman lokasi sekolah, kami
menyempatkan untuk ramah tamah baik dengan sesame rekan SM-3T maupun dengan
pihak kedinasan agar kami bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain.
Pemberangkatan ke setiap penempatan tidak
dilaksanakan pada keesokan harinya dikarenakan pada hari senin merupakan
perayaan Idul Adha sehingga kami meminta kepada pihak dinas untuk bisa
berlebaran dahulu di kota kabupaten baru setelah itu kami diberangkatkan ke
setiap lokasi masing-masing, dan dengan kebaikannya kami diberikan izin untuk
bisa berlebaran di Agats.
Selasa, 13 September 2016, lokasi
penempatan yang dekat dekat pusat kabupaten akan diberangkatkan pada hari ini
seperti penempatan untuk distrik sawaerma dan akat. Sekitar 18 orang teman kami
berangkat pada hari ini dengan menaiki speedboat dan ditemani oleh bapak/ibu
pihak dari dinas. Kami yang penempatan cukup jauh dari pusat distrik akan
diberangkatkan pada esok harinya. Jadi hari ini kami hanya mengantar
keberangkatn teman kami ke lokasi sambil memberikan semangat dan do’a agar
mereka melaksanakan pengabdian dengan baik dan selalu dalam keadaan yang sehat.
Sore hari ketika kami sedang beristirahat,
kami mendapat kabar dari dinas bahwa Bapak Bupati yang baru datang dari
Jayapura meminta kami untuk berkunjung ke kediaman beliau malam selepas maghrib
pada hari rabu untuk sedikit berbincang-bincang sebelum dibrangkatkan ke
lokasi. Secara otomatis keberangkatan kami ke lokasi masing-masing harus
ditunda karena kami harus menghadiri undangan dari bupati Kabupaten Asmat.
Rabu petang, aku dan beberapa teman
melaksanakan sembahyang di mesjid jami An-Nur, rencananya setelah dari sana
kami akan pergi ke rumah Pak Robert untuk sama-sama berangkat ke kediaman
bupati sementara teman-teman yang lain akan menyusul dari posko.di tengan
perjalanan kami bertemu dengan Pak Robert, maka kami langsung menuju kediaman
rumah Pak Bupati karena kebetulan teman-teman yang lain juga sudah berkumpul.
Tidak terlalu jauh memang dari mesjid, hanya beberapa belokan saja kami sampai
di kediaman yang cukup bersih, rapi dan mewah. Mungkin itu rumah dinas atau
memang rumah pribadi akuun tak tahu karena didalamnya ada meja yang biasa
digunakan untuk pertemuan atau rapat kenegaraan. Terlebih disana ada AC.
Beruntung aku masuk di awal jadi bisa memilik tempat duduk yang langsung berdekatan
dengan AC. Suhu di Agats panas sekali, aku yang terbiasa di daerah dingin tak
kuat dengan panasnya suhu disana, maka dari itu mumpung ada AC aku manfaatkan
dengan mencari posisi yang nyaman. Lumayan untuk pendingin tubuh pada malam
itu.
Di kediaman Pak Bupati kami disambut
dengan baik. Acara pada malam itu adalah ramah tamah dari pihak pemerintahan,
pemberian arahan serta wejangan, harapan yang diinginkan pemerintah setempat
dari keterlaksanaan kegiatan SM-3T, terakhir adalah pengecekan penempatan bagi
setiap guru SM-3T. Ada beberapa penempatan yang di pindahkan oleh bupati secara
langsung dikarenakan dirasa daerah tersebut sudah memiliki banyak guru dan
mungkin daerahnya sedikit kurang untuk diberikan penempatan guru SM-3T. Aku dan
temanku pun menjadi salah satu penempatan yang kemudian harus dipindah dengan
beberapa alasan khusus. Aku dan rekan sepenempatan yang semula di tempatkan di
SD Inpres Basim distrik Fayit harus dipindah ke SD Inpres Sanep yang bertempat
di Distrik Pantai Kasuari. Padahal sebelumnya kami telah bertemu dengan kepala
sekolah SD Inpres Basim, berbagai obrolan dan rencana kami tinggal sudah
diutarakan terlebih dalam satu penempatan kami mendapat teman yang mendapat
tugas di SMP Negeri Fayit, jadi cukup ramai. Tapi berhubung bupati meminta
untuk pemindahan tempat, akhirnya kami berdua mengikuti dan segera konfirmasi
kepada kepala sekolah SD Inpres Basim mengenai perpindahan kami atas keputusan
dari pihak pemerintah. Setelah semua acara clear, dan untuk penempatan tidak
ada yang dipermasalahkan lagi kami diundang untuk menyantap hidangan makan
malam yang telah disediakan oleh yang punya acara. Terakhir kami menyempatkan
foto bersama dan tak lupa kami juga foto pribadi dengan pak bupati.
Hari semakin larut, kami pun pamit untuk
segera kembali ke posko dan beristirahat karena besok pagi adalah jadwal
keberangkatan kami menuju lokasi masing-masing. Teringat aku belum menunaikan
ibadah sholat isya, bersama beberapa rekan kami mampir dulu ke mesjid untuk
menunaikan ibadah ditambah pada waktu itu hujan sudah mulai turun. Di dalam
mesjid tepatnya tempat anak-anak mengaji kami sedikit kaget dan heran ada
seseorang yang kami kira sedanng tertidur tetapi tidurnya telentang dan seluruh
bagian tubuhnya sampai kepala ditutup kain. Kami tunaikan sholat secara
berjamaah kemudian pada saat kami akan pulang, kami dihampiri oleh orang yang
menginap dimesjid dimintai untuk membacakan yaasin mendo’akan jenazah yang ada
di tempat anak-anak mengaji. Ternyata orang yang sedang tidur tadi bukanlah
orang yang tidur melainkan jenazah seorang laki-laki yang berasal dari Distrik
Suru-Suru. Kami kaget karena di kampung apabila ada orang yang meninggal pasti
ramai orang-orang membacakan surat Yaasiin, tetapi pada saat kami masuk keadaan
sepi saja tidak menandakan ada orang yang meninggal. Maka dari itu sebelum
pulang kami menyempatkankan mmbaca surat Yaasiin berjamaah dan mendo’akan
almarhum agar tenang dan diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT. Aku jadi
membayangkan apabila aku meninggal dilokasi yang minoritas muslim, jauh dari
keluarga apakah akan ada orang yang mau mengurusi dari mulai memandikan sampai
menguburkan. Selesai memberikan do’a kami pamit pulang kepada penajga mesjid
disana karena kami harus beristirahat untuk kegiatan kami besok hari.
Kamis, 15 September 2016. Pagi hari sekali
kami sudah bersiap-siap, semua perlengkapan pribadi aku check jangan sampai ada
yang terlupakan. Setelah sarapan kami menunggu arahan untuk pergi ke pelabuhan.
Gerobak pengangkut barang-barang sudah mulai berdatangan siap mengantar kami
menuju kendaraan yang telah disiapkan. Barang-barang digabung berdasarkan
lokasi distrik agar mudah untuk mengkordinir. Untuk distrik Pantai Kasuari
sendiri total ada 8 orang guru SM-3T yang mana selain kami berdua ada juga 4
orang yang ditempatkan di SMP Negeri 1 Pantai Kasuari dan 2 orang di SD Inpres
Saramit. Berikut 2 orang yang ditempatkan di SD Inpres Yankap Distrik Der
Koumur, karena lokasi yang berdekatan jadi tergabung dengan distrik Pantai
Kasuari. Di pelabuhan, satu persatu kami dipanggil sesuai nama sekolah untuk
menaiki speedboat yang memang sudah dibagi-bagi untuk tugas mengantar dan
didampingi satu orang dari pihak dinas. Kopay, Safan, Suator, kolf Braza, Fayit
satu persatu mereka yang ditempatkan disana berangkat, hingga terakhir kami
distrik Pantai Kasuari dan Der Koumur masih harus menunggu kedatang speed yang
mengantar kami. Lengkap dari kemarin kami menyaksikan keberangkatn teman-teman
kami, sementara kami tidak ada teman yang menyaksikan keberangkatn kami.
Perjalanan kami lewati dengan melintasi
laut, gelombang pada saat itu menurutku lumayan membuat adrenalin ini naik.
Khawatir memang, sehingga selama diperjalanan aku terus membaca do’a di dalam
hati agar diberikan keselamatan sampai di lokasi nanti, agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan selama berada di tengah lautan. Ku abadikan
pesona tenagh laut pada siang agar tidak mabuk laut dan agar pikiran bisa
sedikit tenang. Ku lihat teman disampingku tidur dangan enaknya, sementara dua
teman lain dibelakang tidur-tidur melek. Kalau aku, mana bisa tidur, aku ingin
menikmati indahnya pemandangan tengah laut walaupun hati tetap merasa khawatir
takut akan kecelakaan, tambah kami semua tidak ada mempersiapkan pelampung.
Pemandangan siang hari itu memang cukup indah, langit biru di hiasi putihnya
awan, sejauh mata memandang hanya langit yang bertemu dengan air laut saja yang
bisa dilihat, di kiri terlihat dataran tanah papua memanjang seaakan mengikut
kemana kami pergi. Kurang lebih 5 jam perjalanan kami lewati dan alhamdulillah kami
bisa sampai di lokasi tempat kami mengabdi dengan selamat tanpa kekurangan satu
apapun. Kami berdua turun sementara dua teman kami masih harus lanjut ke lokasi
mereka.
Kami berdua disambut oleh anak-anak
pedalaman yang sejak dari pelabuhan mereka sudah melihat kedatangan kami dan
berjalan mengikuti arah speed.
Ada
dua orang guru yang menyambut kami disana, yang pertama adalah Pak Alfius (41)
seorang guru honorer dari Bima, Nusa Tenggara yang sudah mengabdikan dirinya
dari tahun 2013. Kemudian ada Bu Zita
Fransiska Fouk atau lebih sering disapa Bu Zita (28) yang merupakan istri dari
Pak Alfius yang sama-sama mengajar disana.
Selain
itu, ada Abner Giovani Nikan (5) sering dipanggi Abner atau Agio yang merupakan
anak dari Pak Alfius dan Bu Zita. Mereka merupakan
keluarga baru ku dan juga sama-sama pendatang. Selama masa pengabdian ini
sering sekali aku merepotkan mereka.
Anak-anak yang tadi mengikuti juga masih stay
di depan rumah yang tak lama kami ketahui adalah rumah bapak kepala sekolah.
Mereka masih penasaran kedatangan dua orang asing, seakan mendapat tontonan
baru mereka terus memperhatikan kami berdua. Jujur aku tidak bisa membedakan
mereka itu laki-laki atau perempuan. Terlebih ada satu yang kurasa dia memiliki
keterbelakangan mental yang selalu cari perhatian. Pak Alfius bilang dia
bernama Joni, dan memang sedikit keterbelakangan mental karena dulu sempat
terjadi kecelakaan, padahal sebelumnya kondisi dia seperti anak yang normal
pada umumnya. Kami berbincang-bincang terkait maksud dan tujuan kami datang ke
sekolah dan darimana kami berasal. Pak alfius juga bilang dulu sempat ada guru
SM-3T seperti kami yang ditempatkan disini tetapi pada waktu itu bapak kepala
sekolah masih di Agats, pak Alfius dan Bu Zita juga sedang turun ke Agats dan kebetulan
salah satu guru PNS disini juga sedang ke Jayapura sehingga guru SM-3T yang
ditempatkan disni dipindah ke YPPGI Kamur. Mereka dua orang perempuan yang
berasal dari Medan. Perbincangan kami tunda dulu, kami memohon ijin untuk
melaksanakan sholat ashar. Aku bersyukur karena datang ke daerah yang terdapat
pendatangnya, meskipun berbeda keyakinan tetapi mereka menghormati kami dan
menerima kami dengan baik. Keramah tamahan mereka sedikit mengobati kekecewaan
karena lokasi kami dipindahkan menjadi ke perkampungan bukan di pusat distrik.
Perlu diketahui dari berangkat sampai tiba di lokasi HP sudah tak bisa dipakai
lagi untuk berkomunikasi, tidak ada sinyal dan juga tidak ada listrik yang
setiap hari menyala. Oh iya guys,,,,, kepala sekolah kebetulan waktu itu tidak ada di
kampung. Beliau sedang menyelesaikan kuliah S1 nya di Agats
dan kembali ke kampung sekitar bulan November Bersama satu guru honor baru.
Malam hari kami disuguhi makanan untuk
kami makan malam bersama, walau sederhana tetapi rasanya begitu nikmat. Kami
melanjutkan perbincangan kami setelah selesai makan malam. Pak Alfius banyak
bercerita bagaimana kondisi di sekolah, ketersediaan ruangan, guru dan
banyaknya murid yang bersekolah. Selain itu, beliau juga bercerita bagaimana
kondisi lingkungan sekitar, masyarakat, sosial budaya, ekonomi dan ketersediaan
air. Pada saat kam berbincang-bincang, kami kedatangan kepala kampung Bawor
bernama Obet Kamur, beliau sengaja datang untuk menemui kami berdua. Kami
memperkenalkan diri dan beliau menyambut kami dengan baik. Beliau menyangka
kami berasal dari Medan, begitu juga Pak Alfius dan Bu Zita. Kami konfirmasi
bahwa untuk SM-3T tahun yang penempatan Asmat berasal dari Kota Bandung. Beliau
berharap semoga kami kerasan tinggal disini menghadapi anak-anak di sekolah
nanti.
----
Keesokan
harinya, aku mulai mengobservasi setiap sudut sekolah. Bangunan dari kayu yang
terdiri dari 4 ruang kelas, satu ruang guru dan satu ruang blong (tempat
penampungan air). Fasilitas di sekolah tersebut cukup memadai, buku-buku
perlajaran tersedia untuk setiap kelasnya, fasilitas untuk olahraga juga cukup
lengkap mulai dari perlengkapan bola voli, kasti, sepak bola, bulutangkis
sampai tenis meja juga ada, alat peraga dan media pembelajaranpun tersedia. Wah
beruntung banget deh di tempatkan di sekolah ini, kita bisa memanfaatkan
fasilitas yang sudah tersedia sebagai bahan pembelajaran. Kekurangan disini
hanyalah kurangnya ruangan dan juga toilet sekolah (selama kami mengabdi,
kepala sekolah sudah mulai membangun toilet untuk sekolah).
Tenaga
pendidik disini seluruhnya ada 7 orang termasuk kepala sekolah dan ada satu
orang penjaga sekolah. oh iya lupa memperkenalkan siapa aja nih yang tergabung
dalam keluarga besar SD Inpres Sanep. Kepala sekolah SD Inpres Sanep yakni
Bapak Alexander Jakobus Jamlean yang merupakan pendatang dari Ambon, Maluku dan telah mengabdian diri
dari tahun 1993 sejak beliau masih bujang dan sejak jabatannya masih sebagai
seorang guru. Kebetulan beliau masih ada di Agats sehingga kami baru bisa
bertemu dan berkolaborasi dalam Pendidikan terhitung mulai bulan November. Satu
orang guru PNS yang mengajar di kelas 6 adalah Pak Charles G. F. Borlak (29),
lelaki keturunan Key yang lahir di Asmat. Kami baru bertemu dan berkenalan
keesokan harinya di sekolah dan beliau tinggal di belakang rumah yang kami
tempati. Ada Pak Alfius dan Bu Zita yang sudah aku kenalkan di awal tadi. Kemudian
ada Pak Kanisius Sanggu (32) yang merupakan guru honorer berasal dari Flores,
Nusa Tenggara. Aku juga baru bertemu beliau pada bulan November karena pada
waktu itu beliau juga sedang Bersama pak kepala di Agats. Terakhir ada Pak
Simson Sinim Kokir yang merupakan penjaga sekolah. beliau merupakan putra Papua
yang tinggal di distrik Der Koumur. Apabila tambah kami berdua, maka tenaga
pendidik disana lengkap, satu guru menjadi wali untuk satu kelas.
Aku
juga masuk keruangan kelas untuk
memperkenalkan diri kepada seluruh siswa yang pada saat itu hadir. Aku
menyusuri setiap sudut dalam ruangan, melihat satu persatu siswa-siswi yang
berada di kelas tersebut dan alhasil penulis tak bisa membedakan satu sama
lain, mereka semua terlihat sama di mataku. Ketika kami mulai menyebutkan nama
kami, tiba-tiba mereka semua tertawa, kami tak mengerti mengapa mereka semua
tertawa saat kami memperkenalkan diri. Kami ajak berbicara semua diam, tetapi
saat kami memperkenalkan diri mereka semua tertawa. Ada-ada saja memang mereka
ini.
Kegiatan pada hari pertama kami hanyalah
perkenalan dikarenakan setelah itu anak-anak disuruh untuk kerja bakti
membersihkan rumah kosong yang ada di sebelah kanan sekolah. Rumah tersebut
rencanya untuk tempat tinggal kami berdua nanti dikarenakan kami tidak bisa
tinggal bersama di rumah Bapak Kepala Sekolah. Anak-anak pulang sekolah dan
mengambil parang untuk membabat rumput yang cukup tinggi. Sementara anak
perempuan membantu membersihkan isi rumah. Rumah kosong tersebut kondisinya
cukup rusak, kaca pecah pintu ada seikit kerusakan dan langit-langit rumah
beberapa ada yang rusak. Katanya rumah tersebut sudah lama kosong dan warga
disana merusak rumah tersebut karena rumah tersebut terbuat dari kayu pemali
yang membawa sial bagi orang yang tinggal di dalamnya. Ada-ada saja memang
kepercayaan mereka.
----
to be Continued ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar