Minggu, 16 Juni 2019

Peran Orang Tua, Pendidik, Masyarakat, dan Pemerintah dalam Membenahi Karakter Siswa di Era Milenial

Berbicara tentang pendidikan memang tidak akan pernah ada habisnya. Mulai dari sistem pendidikan yang diterapkan, kurikulum yang diberlakukan, prestasi-prestasi para pelaku pendidikan, pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri, dan masih banyak lagi hal-hal berkaitan dengan pendidikan yang tidak habis bahkan tidak akan bosan untuk diperbincangkan. Kini dunia pendidikan kembali menjadi sorotan publik setelah beredarnya video seorang siswa yang bersikap tidak baik terhadap gurunya viral di berbagai media sosial. Salah satu akun yang turut memviralkan adalah akun 1000_guru (instagram), video yang diunggah akun tersebut memperlihatkan seorang siswa yang tidak terima ditegur gurunya dikarenakan siswa tersebut merokok di dalam kelas, dia berani memegang leher dan kepala gurunya serta bersikap menantang gurunya untuk berkelahi sementara sang guru hanya bisa bersabar atas perlakuan siswa tersebut. Video ini cukup menyita perhatian dengan lebih dari 63ribu tayang dan lebih dari 2000 komentar warganet di video tersebut bahkan tak lupa men-tag akun-akun pemerintah khususnya presiden dan juga kementrian pendidikan dan kebudayaan.
Kasus serupa juga terjadi di bulan yang sama dan tak kalah viralnya menyedot perhatian masyarakat dengan lebih dari 50rb tayang dan ada 585 komentar warganet. Video yang diunggah oleh akun tribunnews kembali memperlihatkan seorang siswa yang menantang gurunya untuk berkelahi. Kali ini penyebabnya adalah karena siswa tersebut tidak terima hp nya di sita oleh sang guru.
Sebenarnya dua kasus pendidikan tersebut bukanlah yang pertama kali membuat ramai warganet dan masyarakat umum. Artikel berita Okenews menyebutkan ada empat kasus guru yang dipenjarakan oleh orang tua siswa terjadi di tahun 2017 dikarenakan beberapa hal. Pertama seorang guru yang dipenjarakan orang tua siswa karena mencubit anaknya yang pada saat itu tengah bermain kejar-kejaran dan baku siram sisa air pel yang ternyata siraman tersebut mengenai sang guru. Kasus kedua sang guru memotong rambut siswa yang sebelumnya tengah diperingatkan namun tidak dipatuhi, tidak terima dengan perlakuan guru tersebut akhirnya orang tua turun tangan dengan mengambil jalur hukum. Kasus ketiga seorang guru menampar siswa yang ribut saat waktu solat dan akhirnya dipenjarakan karena orang tua siswa tidak terima perlakuan sang guru terhadap anaknya. Terakhir seorang guru yang dipenjarakan karena menyuruh siswa untuk solat zuhur, laporan sang anak guru tersebut menamparnya menggunakan mukena tetapi hasil visum tidak membuktikan adanya bekas kekerasan pada tubuh anak tersebut, namun nasib berkata lain, orang tua anak tersebut tetap menempuh jalur hukum dan memenjarakan sang guru.
Masih banyak kasus-kasus serupa yang selalu terjadi setiap tahunnya. Setiap kasus selalu menyedot perhatian masyarakat, banyak yang memberikan komentar dengan membanding-bandingkan pendidikan jaman dulu dan sekarang, ada yang menyampaikan duka atas nasib yang diterima sang guru, ada yang mengumpat kesal pada siswa, bahkan ada yang menyuruh orang tua untuk mendidik anaknya sendiri apabila tidak terima perlakuan sang guru terhadap anaknya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendibud) Muhajir Efendi juga turut memberikan komentarnya terkait kasus-kasus pendidikan yang tengah dialami saat ini. Seperti yang diberitakan di detiknews, beliau berpandangan bahwa perlakuan siswa pada video tersebut adalah pelanggaran yang berat, namun demikian sanksi yang diberikan janganlah sampai merampas masa depan siswa tersebut, sekolah harus bisa menjamin bagaimana menangani siswa-siswa yang memiliki perilaku khusus dan guru harus introspeksi agar tampil berwibawa dan disegani siswanya. Pernyataan yang diutarakan Mendikbud dalam hal ini Bapak Muhajir Efendi rupanya mendapat respon kurang baik dari para pembaca terutama dengan perkataan beliau bahwa guru harus introspeksi agar tampil berwibawa. Hujatan demi hujatan dilontarkan warganet dalam kolom komentarnya. Banyak warganet yang berkomentar mempertanyakan standar wibawa yang dimaksud, menyayangkan perkataan beliau, dan komentar-komentar yang intinya merasa keberatan jikalau guru yang disalahkan dalam kasus yang terjadi sekarang dan hanya guru yang harus berintrospeksi diri.
Memang kasus-kasus yang terjadi belakangan ini menjadikan polemik dan perdebatan semua kalangan, banyak yang menyayangkan perilaku-perilaku siswa di era milenial ini, meraka khawatir masa depan bangsa dengan perilaku para pemuda generasi penerusnya. Kekhawatiran tersebut tentu akan terjadi apabila kita hanya sekedar bersimpati namun tanpa tindakan yang pasti, bukan hanya berpendapat tapi juga harus berkontribusi guna pendidikan yang lebih baik.
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang berkualitas merupakan penentu kemajuan suatu bangsa. Guru memang pelaku pendidikan utama dalam memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan lainnya yang tentunya dalam lingkup lembaga pendidikan. Namun kita harus tahu bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mengenyam ilmu di bangku sekolah, tetapi pendidikan juga lebih luas dari itu. Sejak lahir seorang anak sudah mendapat pendidikan di lingkungan keluarga dan orang tua yang menjadi pendidik utama, kemudian masuk lingkungan sekolah dan mendapat pendidikan dari seorang guru, tidak hanya itu masyarakat dan lingkungan pergaulan si anakpun turut andil dalam memberikan pendidikan dalam hal karakter yang lebih ditekankan. Kita tahu bahwa usia kanak-kanak hingga remaja adalah masa dimana seorang anak menemukan jati dirinya, menemukan karakter khususnya yang tentunya masih bisa diarahkan oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian sudah jelas bahwa bukan hanya guru tetapi juga orang tua, masyarakat dan termasuk pemerintah memiliki peran dalam pendidikan generasi penerus bangsa, introspeksi bukan hanya bagi guru-guru saja tetapi juga bagi kita semua.
Orang tua selaku panutan di rumah, guru pertama yang dikenal oleh anak dalam mengarungi kehidupannya. Pikirkan sudah benarkah cara kita mendidik dan memberikan waktu kepada anak-anak kita. Pemikiran seorang anak yang masih murni biasanya akan menirukan hal-hal yang dilakukan orang tuanya. Maka dari itu berilah pendidikan dini yang baik, beritahukan kepada si anak cara-cara berperilaku yang baik, tidak hanya melalui ucapan namun juga dengan tindakan sehari-hari. Masa kanak-kanak hingga menginjak dewasa seorang anak sangatlah membutuhkan kehadiran sosok orang tua disampingnya, memberikan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Kebanyakan perilaku siswa di sekolah yang tidak baik disebabkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang terlalu sibuk dalam bekerja akibatnya mereka mencari perhatian di lingkungan lain dengan cara yang salah. Namun bukan itu yang diinginkan oleh sang anak, mereka ingin orang tua tetap bisa membagi waktu antara pekerjaan dan juga perhatian pada mereka. Memfasilitasi segala hal yang diinginkan oleh anak pun rasanya kurang baik, orang tua harus pintar memilah mana yang dibutuhkan oleh anak-anaknya agar tidak terkesan memanjakan sang anak, akibatnya bisa fatal anak menjadi terlalu tergantung pada orang tua dan terkesan menjadi seorang bos, orang tua hanya sebagai pelayan. Selain dalam hal memberikan perhatian, orang tua juga harus pandai-pandai memilah siaran-siaran televisi yang dewasa ini banyak acara kurang mendidik. Berilah edukasi dari setiap tayangan yang ditonton oleh si anak dan upayakan tayangan yang ditonton memang sesuai untuk anak-anak diusianya.
Guru, seorang pendidik yang memang sudah kodratnya diayomi dan dihormati oleh seluruh siswanya. Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Bapak Menteri bahwa guru harus introspeksi namun disini yang harus diinstrospeksi bukan dalam hal kewibawaan melainkan cara dan metode pendekatan seorang guru dalam mendidik para siswa yang memiliki karakter berbeda dan latar belakang yang berbeda. Pembelajaran abad 21 menuntut seorang guru bisa lebih kreatif dan inovatif karena materi yang disuguhkan kepada siswa bobotnya semakin berat bahkan belum siap secara keseluruhan diterima oleh siswa. Hal ini tentu membuat siswa-siswa sekarang gampang sekali putus asa dan akhirnya malas untuk belajar. Disini tugas seorang guru untuk memikirkan metode terbaik agar para siswa kembali bersemangat dalam belajar. Metode ceramah bukan lagi metode yang tepat guna dalam pembelajaran. Siswa sekarang rata-rata memiliki karakter yang aktif tidak bisa diam ditempat, gunakanlah metode-metode yang membuat siswa lebih banyak beraktifitas seperti permainan, aktivitas lapangan, praktek labolatorium atau pembelajaran dengan cara turnamen antar kelompok. Kenali pula bagaimana karakter setiap siswa dikelas, dari mulai yang pendiam, aktif, pintar, kurang pintar, baik dan nakal. Jangan langsung menjudge tidak baik kepada siswa, tetapi sebagai seorang guru kita harus lakukan pendekatan secara personal terhadap siswa terutama mereka-mereka yang memiliki kelakuan kurang baik, gali informasi mengenai latar belakang siswa tersebut, hal ini tentu agar kita bisa menentukan metode seperti apa yang tepat agar keaktifan siswa bisa terarahkan dengan baik. Jangan samakan pendidikan kita dulu dan sekarang yang mana tindakan kekerasan sebagai jalan agar siswa yang perilakunya kurang baik menjadi lebih baik, cobalah dengan memberikan kasih sayang yang belum pernah siswa rasakan mungkin dilingkungan keluarganya akibat kesibukan sang orang tua. Tentu para guru lebih mengetahui step by step dalam memberikan perlakuan bagi siswa yang kurang baik kelakuannya.
Masyarakat, lingkungan pergaulan dan media-media penyiaran, lingkup yang sekaan tidak ada pengaruhnya namun memiliki dampak yang cukup besar bagi perubahan karakter anak. Jadilah masyarakat yang peka akan perkembangan pendidikan bangsa, berikan nilai-nilai postif dalam kehidupan bermasyarakat. Media penyiaran, jangan hanya mementingkan rating namun moril yang ditanamkan dalam setiap programnya minim akan kebaikan. Jangan hanya pintar berkomentar di media sosial yang terkadang kata-katanya tidak berpendidikan, namun cobalah untuk bertindak nyata berkontribusi terhadap pendidikan jika memang kita selaku masyarakat peduli akan pendidikan bangsa kita.
Terakhir adalah pemerintah selaku pemegang kebijakan. Para guru saat ini berada dalam posisi dilema karena kebijakan yang cukup membatasi ruang gerak guru, salah-salah akibat hal sepele guru bisa masuk penjara seperti beberapa kasus yang diutarakan tadi, namun guru sendiri merasa tidak ada perlindungan dari pemerintah. Cobalah untuk lebih memperhatikan kesejahteran para guru terutama guru-guru yang masih berstatus honorer. Jangan hanya memberlakukan kebijakan baru dalam pendidikan namun tidak memperhatikan para guru yang langsung terjun dilapangan. Cobalah kaji kembali kurikulum yang diberlakukan sekarang, lihat pelaksanaan dilapangan, kebanyakan para siswa bahkan guru pun masih terseret dan masih banyak ketidakjelasan dari implementasi kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan dewasa ini. perubahan sisterm dan kurikulum pendidikan tentu dihasilkan dari evaluasi dan monitoring pelaksanaan dilapangan yang mana harusnya bisa semakin baik bukan malah sebaliknya.
Pendidikan adalah pondasi kehidupan suatu bangsa, kualitas pendidikan akan menjadi penentu kemana suatu bangsa akan bergerak. Segala aspek dalam kehidupan tidak akan lepas dari proses pendidikan. Pendidikan bukan hanya tugas bagi seorang guru namun juga tugas kita semua. Mari kita introspeksi diri kita, sejauh mana kontribusi kita dalam kemajuan pendidikan terutama dalam pembentukan karakter para generasi muda penerus bangsa. Karakter yang baik tentu akan tumbuh dari lingkungan yang baik. Hal ini yang akan berdampak pada kualitas pendidikan bangsa yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN OLEH ASEP SAEPUL, S.Pd., Gr CGP ANGKAT...