Berbicara tentang pendidikan memang tidak akan pernah ada
habisnya. Mulai dari sistem pendidikan yang diterapkan, kurikulum yang
diberlakukan, prestasi-prestasi para pelaku pendidikan, pemerataan pendidikan
di seluruh pelosok negeri, dan masih banyak lagi hal-hal berkaitan dengan
pendidikan yang tidak habis bahkan tidak akan bosan untuk diperbincangkan. Kini
dunia pendidikan kembali menjadi sorotan publik setelah beredarnya video
seorang siswa yang bersikap tidak baik terhadap gurunya viral di berbagai media
sosial. Salah satu akun yang turut memviralkan adalah akun 1000_guru
(instagram), video yang diunggah akun tersebut memperlihatkan seorang siswa
yang tidak terima ditegur gurunya dikarenakan siswa tersebut merokok di dalam
kelas, dia berani memegang leher dan kepala gurunya serta bersikap menantang
gurunya untuk berkelahi sementara sang guru hanya bisa bersabar atas perlakuan siswa
tersebut. Video ini cukup menyita perhatian dengan lebih dari 63ribu tayang dan
lebih dari 2000 komentar warganet di video tersebut bahkan tak lupa men-tag
akun-akun pemerintah khususnya presiden dan juga kementrian pendidikan dan
kebudayaan.
Kasus serupa juga terjadi di bulan yang sama dan tak
kalah viralnya menyedot perhatian masyarakat dengan lebih dari 50rb tayang dan
ada 585 komentar warganet. Video yang diunggah oleh akun tribunnews kembali
memperlihatkan seorang siswa yang menantang gurunya untuk berkelahi. Kali ini
penyebabnya adalah karena siswa tersebut tidak terima hp nya di sita oleh sang
guru.
Sebenarnya dua kasus pendidikan tersebut bukanlah yang
pertama kali membuat ramai warganet dan masyarakat umum. Artikel berita Okenews
menyebutkan ada empat kasus guru yang dipenjarakan oleh orang tua siswa terjadi
di tahun 2017 dikarenakan beberapa hal. Pertama seorang guru yang dipenjarakan
orang tua siswa karena mencubit anaknya yang pada saat itu tengah bermain
kejar-kejaran dan baku siram sisa air pel yang ternyata siraman tersebut
mengenai sang guru. Kasus kedua sang guru memotong rambut siswa yang sebelumnya
tengah diperingatkan namun tidak dipatuhi, tidak terima dengan perlakuan guru
tersebut akhirnya orang tua turun tangan dengan mengambil jalur hukum. Kasus
ketiga seorang guru menampar siswa yang ribut saat waktu solat dan akhirnya
dipenjarakan karena orang tua siswa tidak terima perlakuan sang guru terhadap
anaknya. Terakhir seorang guru yang dipenjarakan karena menyuruh siswa untuk
solat zuhur, laporan sang anak guru tersebut menamparnya menggunakan mukena
tetapi hasil visum tidak membuktikan adanya bekas kekerasan pada tubuh anak
tersebut, namun nasib berkata lain, orang tua anak tersebut tetap menempuh
jalur hukum dan memenjarakan sang guru.
Masih banyak kasus-kasus serupa yang selalu terjadi
setiap tahunnya. Setiap kasus selalu menyedot perhatian masyarakat, banyak yang
memberikan komentar dengan membanding-bandingkan pendidikan jaman dulu dan
sekarang, ada yang menyampaikan duka atas nasib yang diterima sang guru, ada
yang mengumpat kesal pada siswa, bahkan ada yang menyuruh orang tua untuk
mendidik anaknya sendiri apabila tidak terima perlakuan sang guru terhadap
anaknya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendibud) Muhajir Efendi juga turut
memberikan komentarnya terkait kasus-kasus pendidikan yang tengah dialami saat
ini. Seperti yang diberitakan di detiknews, beliau berpandangan bahwa perlakuan
siswa pada video tersebut adalah pelanggaran yang berat, namun demikian sanksi
yang diberikan janganlah sampai merampas masa depan siswa tersebut, sekolah
harus bisa menjamin bagaimana menangani siswa-siswa yang memiliki perilaku
khusus dan guru harus introspeksi agar tampil berwibawa dan disegani siswanya.
Pernyataan yang diutarakan Mendikbud dalam hal ini Bapak Muhajir Efendi rupanya
mendapat respon kurang baik dari para pembaca terutama dengan perkataan beliau
bahwa guru harus introspeksi agar tampil berwibawa. Hujatan demi hujatan
dilontarkan warganet dalam kolom komentarnya. Banyak warganet yang berkomentar
mempertanyakan standar wibawa yang dimaksud, menyayangkan perkataan beliau, dan
komentar-komentar yang intinya merasa keberatan jikalau guru yang disalahkan
dalam kasus yang terjadi sekarang dan hanya guru yang harus berintrospeksi
diri.
Memang kasus-kasus yang terjadi belakangan ini menjadikan
polemik dan perdebatan semua kalangan, banyak yang menyayangkan
perilaku-perilaku siswa di era milenial ini, meraka khawatir masa depan bangsa
dengan perilaku para pemuda generasi penerusnya. Kekhawatiran tersebut tentu
akan terjadi apabila kita hanya sekedar bersimpati namun tanpa tindakan yang
pasti, bukan hanya berpendapat tapi juga harus berkontribusi guna pendidikan
yang lebih baik.
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang berkualitas
merupakan penentu kemajuan suatu bangsa. Guru memang pelaku pendidikan utama
dalam memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan lainnya yang
tentunya dalam lingkup lembaga pendidikan. Namun kita harus tahu bahwa
pendidikan bukan hanya sekedar mengenyam ilmu di bangku sekolah, tetapi
pendidikan juga lebih luas dari itu. Sejak lahir seorang anak sudah mendapat
pendidikan di lingkungan keluarga dan orang tua yang menjadi pendidik utama,
kemudian masuk lingkungan sekolah dan mendapat pendidikan dari seorang guru,
tidak hanya itu masyarakat dan lingkungan pergaulan si anakpun turut andil
dalam memberikan pendidikan dalam hal karakter yang lebih ditekankan. Kita tahu
bahwa usia kanak-kanak hingga remaja adalah masa dimana seorang anak menemukan
jati dirinya, menemukan karakter khususnya yang tentunya masih bisa diarahkan
oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya. Dengan
demikian sudah jelas bahwa bukan hanya guru tetapi juga orang tua, masyarakat
dan termasuk pemerintah memiliki peran dalam pendidikan generasi penerus
bangsa, introspeksi bukan hanya bagi guru-guru saja tetapi juga bagi kita
semua.
Orang tua selaku panutan di rumah, guru pertama yang
dikenal oleh anak dalam mengarungi kehidupannya. Pikirkan sudah benarkah cara
kita mendidik dan memberikan waktu kepada anak-anak kita. Pemikiran seorang
anak yang masih murni biasanya akan menirukan hal-hal yang dilakukan orang
tuanya. Maka dari itu berilah pendidikan dini yang baik, beritahukan kepada si
anak cara-cara berperilaku yang baik, tidak hanya melalui ucapan namun juga
dengan tindakan sehari-hari. Masa kanak-kanak hingga menginjak dewasa seorang
anak sangatlah membutuhkan kehadiran sosok orang tua disampingnya, memberikan
kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Kebanyakan perilaku siswa di
sekolah yang tidak baik disebabkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang
dari orang tua yang terlalu sibuk dalam bekerja akibatnya mereka mencari
perhatian di lingkungan lain dengan cara yang salah. Namun bukan itu yang
diinginkan oleh sang anak, mereka ingin orang tua tetap bisa membagi waktu
antara pekerjaan dan juga perhatian pada mereka. Memfasilitasi segala hal yang
diinginkan oleh anak pun rasanya kurang baik, orang tua harus pintar memilah
mana yang dibutuhkan oleh anak-anaknya agar tidak terkesan memanjakan sang
anak, akibatnya bisa fatal anak menjadi terlalu tergantung pada orang tua dan
terkesan menjadi seorang bos, orang tua hanya sebagai pelayan. Selain dalam hal
memberikan perhatian, orang tua juga harus pandai-pandai memilah siaran-siaran
televisi yang dewasa ini banyak acara kurang mendidik. Berilah edukasi dari
setiap tayangan yang ditonton oleh si anak dan upayakan tayangan yang ditonton
memang sesuai untuk anak-anak diusianya.
Guru, seorang pendidik yang memang sudah kodratnya
diayomi dan dihormati oleh seluruh siswanya. Memang ada benarnya apa yang
dikatakan oleh Bapak Menteri bahwa guru harus introspeksi namun disini yang
harus diinstrospeksi bukan dalam hal kewibawaan melainkan cara dan metode
pendekatan seorang guru dalam mendidik para siswa yang memiliki karakter
berbeda dan latar belakang yang berbeda. Pembelajaran abad 21 menuntut seorang
guru bisa lebih kreatif dan inovatif karena materi yang disuguhkan kepada siswa
bobotnya semakin berat bahkan belum siap secara keseluruhan diterima oleh
siswa. Hal ini tentu membuat siswa-siswa sekarang gampang sekali putus asa dan
akhirnya malas untuk belajar. Disini tugas seorang guru untuk memikirkan metode
terbaik agar para siswa kembali bersemangat dalam belajar. Metode ceramah bukan
lagi metode yang tepat guna dalam pembelajaran. Siswa sekarang rata-rata
memiliki karakter yang aktif tidak bisa diam ditempat, gunakanlah metode-metode
yang membuat siswa lebih banyak beraktifitas seperti permainan, aktivitas
lapangan, praktek labolatorium atau pembelajaran dengan cara turnamen antar
kelompok. Kenali pula bagaimana karakter setiap siswa dikelas, dari mulai yang
pendiam, aktif, pintar, kurang pintar, baik dan nakal. Jangan langsung menjudge tidak baik kepada siswa, tetapi
sebagai seorang guru kita harus lakukan pendekatan secara personal terhadap
siswa terutama mereka-mereka yang memiliki kelakuan kurang baik, gali informasi
mengenai latar belakang siswa tersebut, hal ini tentu agar kita bisa menentukan
metode seperti apa yang tepat agar keaktifan siswa bisa terarahkan dengan baik.
Jangan samakan pendidikan kita dulu dan sekarang yang mana tindakan kekerasan
sebagai jalan agar siswa yang perilakunya kurang baik menjadi lebih baik,
cobalah dengan memberikan kasih sayang yang belum pernah siswa rasakan mungkin
dilingkungan keluarganya akibat kesibukan sang orang tua. Tentu para guru lebih
mengetahui step by step dalam
memberikan perlakuan bagi siswa yang kurang baik kelakuannya.
Masyarakat, lingkungan pergaulan dan media-media
penyiaran, lingkup yang sekaan tidak ada pengaruhnya namun memiliki dampak yang
cukup besar bagi perubahan karakter anak. Jadilah masyarakat yang peka akan
perkembangan pendidikan bangsa, berikan nilai-nilai postif dalam kehidupan
bermasyarakat. Media penyiaran, jangan hanya mementingkan rating namun moril
yang ditanamkan dalam setiap programnya minim akan kebaikan. Jangan hanya
pintar berkomentar di media sosial yang terkadang kata-katanya tidak
berpendidikan, namun cobalah untuk bertindak nyata berkontribusi terhadap
pendidikan jika memang kita selaku masyarakat peduli akan pendidikan bangsa
kita.
Terakhir adalah pemerintah selaku pemegang kebijakan.
Para guru saat ini berada dalam posisi dilema karena kebijakan yang cukup
membatasi ruang gerak guru, salah-salah akibat hal sepele guru bisa masuk
penjara seperti beberapa kasus yang diutarakan tadi, namun guru sendiri merasa
tidak ada perlindungan dari pemerintah. Cobalah untuk lebih memperhatikan
kesejahteran para guru terutama guru-guru yang masih berstatus honorer. Jangan
hanya memberlakukan kebijakan baru dalam pendidikan namun tidak memperhatikan
para guru yang langsung terjun dilapangan. Cobalah kaji kembali kurikulum yang
diberlakukan sekarang, lihat pelaksanaan dilapangan, kebanyakan para siswa
bahkan guru pun masih terseret dan masih banyak ketidakjelasan dari
implementasi kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan dewasa ini.
perubahan sisterm dan kurikulum pendidikan tentu dihasilkan dari evaluasi dan
monitoring pelaksanaan dilapangan yang mana harusnya bisa semakin baik bukan
malah sebaliknya.
Pendidikan adalah pondasi kehidupan suatu
bangsa, kualitas pendidikan akan menjadi penentu kemana suatu bangsa akan
bergerak. Segala aspek dalam kehidupan tidak akan lepas dari proses pendidikan.
Pendidikan bukan hanya tugas bagi seorang guru namun juga tugas kita semua.
Mari kita introspeksi diri kita, sejauh mana kontribusi kita dalam kemajuan
pendidikan terutama dalam pembentukan karakter para generasi muda penerus
bangsa. Karakter yang baik tentu akan tumbuh dari lingkungan yang baik. Hal ini
yang akan berdampak pada kualitas pendidikan bangsa yang lebih baik.